SUARAMANADO, Malaka : Menteri Sosial Tri Rismaharini merealisasikan bantuan 100 unit rumah tahan bencana bagi warga di area perbatasan Indonesia dengan Timor Leste di Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Bantuan diberikan secara bertahap dimulai dengan pembangunan 20 unit rumah bagi warga di Desa Alas Selatan, Kecamatan Kobalima Timur, Malaka senilai Rp3,3 miliar. Pembangunan rumah ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Mensos Risma bersama Bupati Malaka Simon Nahak.
Mensos mengatakan pembangunan rumah tahan bencana di area perbatasan merupakan bagian dari tugas Kementerian Sosial dalam menangani kawasan tertinggal, terpencil, dan terluar (3T).
“Saya ada di sini itu memang tugas. Selain fakir miskin, kami (Kemensos) juga punya tugas menangani wilayah 3T,” kata Mensos di Malaka, Jumat (16/6).
Terkait bantuan rumah tahan bencana di kawasan 3T, Mensos menyebut akan mengupayakan anggaran untuk pembangunannya.
“Karena itu tugas kami, kami upayakan semampu kami. Kalau masih ada (anggarannya), saya usahakan, tapi kalau sudah ga ada, baru saya nyerah,” ujar dia.
Usulan bantuan rumah tahan bencana, dikatakan Mensos, akan dibangun di lima desa berbeda di sepanjang garis batas Republik Indonesia (RI) dengan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) di Malaka.
“Selain 20 di Desa Alas Selatan, penerima bantuan rumah juga ada 20 di Desa Alas; 20 di Desa Alas Utara; dan 20 di Desa Kota Biru, Kecamatan Kobalima Timur; serta 20 di Desa Numponi, Kecamatan Malaka Timur,” katanya menjelaskan.
Di samping bantuan rumah tahan bencana, Mensos juga menyerahkan bantuan 100 Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) dan 1.500 ayam petelur untuk dikelola warga Malaka.
Catat Aspirasi Warga
Berinteraksi dengan warga setempat saat kunjungan jadi hal tak terpisahkan dari mantan Walikota Surabaya ini. Dalam kunjungannya ke Malaka, Risma mempersilakan warga menyampaikan aspirasi mereka.
Kepala Desa Naimana, Anna Seran, misalnya. Ia mengeluhkan kondisi desanya yang berubah jadi jalan air saat hujan deras. Hal ini mengakibatkan banjir sehingga ia memohon agar dibantu titik kumpul untuk evakuasi warga berupa rumah panggung.
“Kalo boleh, di satu dusun ada beberapa titik (rumah panggung untuk evakuasi warga), Ibu, karena desa kami jadi jalan masuk air saat banjir,” katanya menyampaikan keluhan kepada Risma.
Mendengar keluhan tersebut, Risma menanggapi santai. Menurutnya, membangun rumah titik kumpul bukan solusi. “Rumah titik kumpul itu bukan solusi. Yang bener itu diperbaiki sumber ‘penyakitnya’. ‘Penyakitnya’ apa, itu yang kita selesaikan,” tegas Risma.
Berdasarkan penuturan Bupati, hampir semua sungai di Malaka dangkal. “(Sungai) itu yang perlu dikeruk supaya tidak lagi terjadi banjir, bukan rumahnya dipindah. Kalau ‘penyakit’nya sudah hilang, warga sudah ga perlu lagi rumah titik kumpul,” ujar Risma.
Meski begitu, ia mengaku akan membantu warga desa tersebut dengan mendirikan lumbung sosial. “Nanti kami bangunkan lumbung sosial di kawasan itu supaya ada cadangan logistik saat banjir,” katanya.
Aspirasi dari warga lainnya, seperti minimnya ketersediaan air bersih, permintaan akan pelatihan wirausaha, alat bantu pertanian, hingga kapal dan alat tangkapnya juga turut diserap Risma.
Adapun, permintaan untuk anak sekolah, di antaranya 100 sepeda dan 100 seragam, berikut perlengkapan sekolah, jadi catatan penting bagi Risma untuk disalurkan segera.
Sumber : kemensos.go.id