SUARAMANADO JAKARTA. Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengapresiasi para komika stand up comedy yang telah ikut serta memeriahkan Lomba Stand Up Comedy kritik MPR RI bertema MPR RI Rumah Kebangsaan. Dari 135 pendaftar, terpilih 35 stand up comedian yang mengikuti babak penyisihan. Terpilih lagi 10 komika yang masuk ke babak grand final, hingga akhirnya terpilih para juara.
“Juara 1 dengan nilai 360 poin dimenangkan oleh komika Citra Sari yang berhak mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp 20 juta. Juara 2 dengan nilai 286 poin dimenangkan Rizky Shandi, mendapatkan hadiah Rp 15 juta. Juara 3 dengan nilai 282 poin dimenangkan oleh Muklis Milu mendapatkan hadiah Rp 10 juta. Sementara juara favorit diraih oleh Intan Latut Tuti, mendapatkan motor listrik Bike Smart Elektrik. Pemenang pertama, kedua dan ketiga ditambah bonus masing-masing Rp5 juta rupiah,” ujar Bamsoet usai menyerahkan hadiah kepada para juara Stand Up Comedy Kritik MPR RI di Komplek MPR RI, Jakarta, Selasa (29/3/22).
Turut hadir antara lain Wakil Ketua MPR RI Arsul Sani, Pimpinan Fraksi Demokrat MPR RI Aliyah Mustika Ilham, Sekjen MPR RI Maruf Cahyono dan Sekjen DPD RI Rahman Hadi. Hadir pula para Dewan Juri Stand Up Comedy Kritik MPR RI, Effendi Gazali, Iwel Sastra, Komeng Daud, dan Ridwan Remin.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menuturkan, lomba stand up comedy kritik MPR RI merupakan cara kreatif MPR RI menyerap aspirasi guna menangkap, mencerna, mengelola, dan merespon berbagai realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Sehingga tidak hanya mengandalkan cara konvensional, seperti ceramah, forum diskusi, seminar dan lain-lain, yang kadangkala terkesan kaku, serta membenturkan pada beragam formalitas dan hiruk pikuk birokrasi.
“Setelah mengikuti lomba stand up comedy kritik MPR RI kita harapkan para komika mau membawakan pesan-pesan kebangsaan dalam materi stand up komedi. Para komika pun bisa semakin terasah kemampuan materi stand up komedinya, sehingga bisa semakin sukses berkarir di dunia stand up comedy. Sebagaimana para komika pendahulu mereka, Marshel Widianto dan Kiky Saputri yang masing-masing menjadi Juara 2 dan Juara 3 lomba Stand Up Comedy Kritik DPR RI yang diselenggarakan saat saya memimpin DPR RI,” kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Keamanan dan Pertahanan KADIN Indonesia ini menjelaskan, sejak awal kelahirannya pada sekitar abad ke-18 di Amerika, format stand up comedy memang ditujukan untuk menghibur, dengan muatan satir yang mengaktualisasikan kritik sosial. Kebutuhan akan hiburan memang telah menjadi fitrah kemanusiaaan. Namun uga tidak boleh dilupakan, bahwa satire dan kritik sosial yang menyertai stand up comedy bukan sekedar menjadi ‘lampiran’ atau pelengkap hiburan semata.
“Stand up comedy dikategorikan sebagai jenis komedi ‘cerdas’, justru karena adanya kandungan pesan moral dan kritik yang terbungkus rapi dalam bingkai kelucuan. Pesan moral dan kritik yang terlontar kadangkala terasa begitu menohok, bukan karena disampaikan dalam bahasa vulgar atau kasar. Tetapi karena terasa nyata, mencerminkan realita sosial yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita,” jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI/Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan, dalam konteks kehidupan kebangsaan, stand up comedy adalah bagian dari kedewasaan berdemokrasi. Di mana setiap lembaga publik tidak boleh bersikap anti kritik.
“Kritik adalah vitamin yang menjadi daya dorong terwujudnya tata kelola pemerintahan yang akuntabel. Selain, menjadikan setiap kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, benar-benar tegak lurus berorientasi dan mengabdi pada kepentingan rakyat, bangsa, dan negara,” pungkas Bamsoet. (*)