SUARAMANADO, JAKARTA: Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meresmikan kafe SCHA Brasserie milik puterinya, Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Indonesia Saras Shintya Putri (Chaca). Sebagai croffle with filling pertama di Indonesia, Scha Brasserie yang terletak di Jalan Hang Jebat No.14, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini menawarkan banyak varian rasa, mulai dari vanilla, chocolate, cinnamon, cookies & cream, strawberry, smoked beef & cheese, tomat & keju. Tekstur crofflenya lembut dan fillingnya super creamy.
“Scha Brasserie juga menjual berbagai makanan dan minuman buatan sendiri dengan rasa yang enak. Scha Brewery, minuman ala SCHA, terbagi menjadi kopi dan non kopi. Minuman kopinya cocok sekali bagi yang suka kopi light dan creamy. Sementara untuk minuman non kopinya akan memberikan kesegaran yang menyegarkan. luar biasa. Pemesanan atau order SCHA lewat Gofood, Grabfood, dan Tokopedia dengan nama Scha Brasserie. Untuk informasi lengkapnya bisa follow @scha.brasserie di Instagram & Tiktok,” ujar Bamsoet usai meresmikan Scha Brasserie, di Jakarta, Sabtu malam (23/4 /22).
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menjelaskan, diresmikan dalam suasana Ramadhan, Scha Brasserie juga bisa menjadi pilihan ngabuburit yang tepat bagi para kawula muda dan juga keluarga di kawasan Jakarta Selatan. Selain meramaikan pasar croffle di kawasan Jakarta, kehadiran Scha Brasserie juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Memperkuat UMKM sebagai tulang punggung perekonomian dalam menghadapi pandemi Covid-19.
“Akibat pandemi Covid-19, Indonesia mengalami penurunan Indeks Pembangunan Pemuda, dari semula 52,61 poin di tahun 2019 menjadi 51 poin di tahun 2020. Indikator pengukuran IPP dilihat dari sejumlah domain, yakni pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, partisipasi dan kepemimpinan, serta gender dan diskriminasi,” jelas Bamsoet.
DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menerangkan, peranan kaum muda sangat krusial mengingat populasi anak muda usia 16-30 tahun di Indonesia sekitar 67 juta orang atau sekitar 25 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Kompetisi di dunia kerja juga akan semakin ketat lantaran pertumbuhan populasi yang diperkirakan meningkat hingga 7 persen pada 2030 mendatang. Membuat risiko angka pengangguran di kalangan kaum muda pun masih tetap ada.
“Indonesia saat ini sedang berjuang untuk menekan angka-angka gerakan kaum muda yang masih tinggi, setidaknya bisa turun menjadi 15 persen pada tahun 2025 mendatang. Untuk itu butuh kerja keras dari para kalangan muda untuk kembali membuat berbagai karya. Salah satunya dengan menjadi penggerak UMKM melalui sektor usaha, seperti kuliner, perdagangan, wisata, dan lain sebagainya,” pungkas Bamsoet. (*)