SUARAMANADO, Pulau Tidung: Kementerian Agama terus perkuat pemberdayaan masyarakat kepulauan melalui peluncuran Program Kampung Zakat, Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis KUA, dan Inkubasi Wakaf Produktif Tahun 2025. Program ini antara lain dijalankan di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu.
Salah satu fokus utama program ini adalah mendorong produksi ikan kerapu cantang agar mampu menembus pasar global. Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag, Waryono, menyebut program ini menjadi upaya kolektif untuk mengubah mustahik dari penerima zakat menjadi muzaki dalam tiga tahun ke depan.
“Kita ingin mereka naik kelas, dari kurang berdaya menjadi berdaya, dari penerima zakat menjadi pembayar zakat,” ujarnya di Jakarta, Rabu (10/9/2025).
Ia menjelaskan, angka kemiskinan di Indonesia masih menyentuh 23 juta jiwa, dengan konsentrasi terbesar justru berada di Jawa yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Karena itu, Presiden telah menginstruksikan melalui Inpres Nomor 8 Tahun 2025 agar distribusi zakat dan wakaf berbasis data tunggal sosial ekonomi nasional sehingga lebih tepat sasaran.
Waryono menambahkan, potensi Pulau Tidung dapat dioptimalkan, terutama sektor perikanan. Menurutnya, kerapu cantang memiliki peluang besar menjadi komoditas ekspor unggulan jika didukung teknologi budidaya dan pengolahan modern. “Jika nilai tambahnya kita dorong, masyarakat tidak hanya sejahtera tetapi juga mandiri,” katanya.
Selain perikanan, ia menegaskan pentingnya memperkuat peran KUA sebagai garda depan pemberdayaan umat. “Ekonomi keluarga yang kuat akan menopang masjid yang makmur. Zakat dan wakaf adalah instrumen besar untuk membangun kemandirian umat,” tegasnya.
Ketua BAZNAS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Abu Bakar, menegaskan Kepulauan Seribu memang menjadi lokus prioritas karena memiliki angka kemiskinan tertinggi di Jakarta. Data menunjukkan, setelah Kepulauan Seribu, kemiskinan tertinggi ada di Jakarta Utara, lalu Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan paling rendah Jakarta Selatan.
Ia menjelaskan, sejak 2023 pihaknya sudah mengembangkan sejumlah program pemberdayaan di kepulauan, seperti budidaya rumput laut, penyuk, dan kerapu cantang. Dari ketiga program tersebut, kerapu cantang terbukti paling berhasil. “Awalnya hanya satu kelompok dengan 10 mustahik, sekarang sudah berkembang menjadi tiga kelompok usaha,” paparnya.
Keberhasilan itu, lanjut Abu Bakar, tidak lepas dari kolaborasi dengan Dinas KPKP DKI Jakarta serta Yayasan Beringin Live. Dalam satu tahun, tingkat kesejahteraan mustahik meningkat signifikan. “Kami bahkan merencanakan perluasan ke Pulau Kelapa dan menggandeng RAS Jakarta untuk memperbesar skala program,” ujarnya.
Menurut Abu Bakar, kolaborasi dengan Kemenag semakin memperkuat ekosistem zakat produktif. Program inkubasi wakaf produktif dan hibah zakat produktif dirancang berbasis komunitas dengan KUA sebagai pusat penguatan ekonomi umat. “Ini bukan sekadar bantuan, tetapi investasi sosial jangka panjang,” katanya.
Ia menambahkan, program kolaborasi ini sudah dijalankan di tujuh titik lokasi di Jakarta, termasuk dua titik di Kepulauan Seribu, yaitu wilayah utara dan selatan. Model pelaksanaan dilakukan dengan pendampingan lembaga terkait, termasuk dukungan Lembah Kreatif sebagai wadah inovasi pemberdayaan.
Baznas Bazis DKI Jakarta juga bersinergi dengan YBM PLN dalam mengembangkan Kampung Zakat berbasis perikanan. Fokus utamanya tetap pada budidaya kerapu cantang karena potensinya sangat besar untuk meningkatkan pendapatan nelayan sekaligus memperkuat daya saing produk lokal.
“Harapan kami, program ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan nelayan, tetapi juga menjadikan Kepulauan Seribu sebagai contoh pemberdayaan masyarakat pesisir yang berhasil. Bahkan, kerapu cantang bisa menjadi komoditas kebanggaan Jakarta yang mampu menembus pasar internasional,” tandas Abu Bakar.
Sumber: kemenag.go.id