SUARAMANADO, Buleleng : Sebagai ujung tombak dan garda terdepan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat dan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan di lapangan, Penyuluh perikanan harus piawai dalam berkomunikasi, meyakinkan masyarakat dan berkolaborasi dengan banyak pihak.
Tugas tersebut salah satunya diemban Fathunaim, biasa dipanggil Naim, penyuluh perikanan di Kabupaten, Buleleng. Pria berusia 34 tahun yang tinggal di Kecamatan Gerokgak, Buleleng, ini merupakan satu dari 6.386 penyuluh perikanan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang telah mengabdi sejak 2011. Naim adalah salah satu penyuluh perikanan yang diberikan tugas untuk melakukan pendampingan kepada masyarakat dan pelaku usaha agar mereka meningkat baik dari sisi kapasitas maupun kesejahteraannya.
“Saya setelah menyelesaikan pendidikan Diploma-IV di Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta tahun 2011, langsung menjadi Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) dan penempatan di Kabupaten Buleleng untuk pendamping Kredit Usaha Rakyat (KUR). Itu semua berjalan selama satu tahun, lalu sejak 2012 sampai sekarang saya mendampingi pelaku usaha dan pelaku utama kelautan dan perikanan, dan saat itu istilah PPTK telah berubah menjadi Penyuluh Perikanan Bantu (PPB),” ucapnya.
Melihat potensi perikanan cukup bagus untuk dikembangkan, hati Naim terpanggil menjadi penyuluh perikanan. Baginya, potensi perikanan yang besar bisa menjadi tabungan perekonomian masyarakat.
“Melihat masyarakat masih belum tahu tentang sektor perikanan dan potensinya punya peluang untuk dikembangkan, hati saya merasa terpanggil menjadi penyuluh. Pada waktu itu, ingin rasanya mengajak masyarakat memajukan perekonomian di sektor kelautan dan perikanan, apalagi masyarakat kalangan bawah yang benar-benar belum bisa memanfaatkan peluang,” jelas Naim.
Naim yang merupakan penyuluh Satminkal Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) Gondol merupakan salah satu dari 15 penyuluh perikanan Kabupaten Buleleng untuk membina total 278 kelompok di Kabupaten tersebut. Naim sendiri membina 32 kelompok kelautan dan perikanan yang tersebar di tiga desa. Tiga kelompok di antaranya berada di Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, yang meliputi dua Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan satu Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan). Ia menjadi garda terdepan dalam terwujudnya pemanfaatan redistribusi tanah di Desa Sumberklampok.
Menyusuri jalan berliku di kawasan Hutan Taman Nasional Bali Barat, mata disuguhkan dengan pemandangan pepohonan nan rindang. Menempuh waktu sekitar 1,5 jam dari pusat Kota Singaraja, Naim mengendarai sepeda motornya menuju salah satu wilayah kerjanya di Desa Sumberklampok. Desa ini adalah lahan pemukiman eks transmigran Timor Timur dan lahan eks hak guna usaha yang kini menjadi salah satu dari 16 lokasi Major Project Pemberdayaan Reforma Agraria Prioritas, pasca penyelesaian konflik.
“Awal saya menyuluh di Desa Sumberklampok itu di tahun 2020 dan hanya ada dua KUB, KUB Bunga Indah yang berbudiya rumput laut dan KUB Wanasegara yang berbudidaya lobster. Lalu tahun 2021 ada program Pemberdayaan Reforma Agraria disini, kemudian saya mendampingi masyarakat Sumberklampok untuk kegiatan perikanan. Disini itu mayoritas masyarakatnya bertani dan melaut, sementara potensi daerahnya juga cocok untuk kegiatan budidaya air tawar. Pada saat itu, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya memberikan bantuan untuk kegiatan budidaya. Saya akhirnya berkomunikasi dengan subak, semacam kelompok masyarakat yang menanam palawija dan jagung untuk berkolaborasi antara cocok tanam dan perikanan,” jelas Naim.
Perjuangan Naim tak berhenti sebatas kolaborasi saja, ia memanfaatkan kepiawaiannya dalam berkomunikasi untuk meyakinkan masyarakat Desa Sumberklampok dengan membentuk kelompok budidaya ikan air tawar.
“Saat diinfokan oleh Satminkal Gondol kalau Desa Sumberklampok menjadi salah satu penerima Program Reforma Agraria, saya langsung ke Subak Merta Sari berbincang dengan ketua disana karena di sana anggotanya cukup banyak sekitar 60 orang lebih. Jadi saya berfikir untuk menumbuhkan kelompok sesuai potensi di Sumberklampok, dan disana cocok untuk budidaya ikan lele. Akhirnya, saya minta ketua subak untuk mengumpulkan orang yang benar-benar mau maju dan berkembang di usaha perikanan. Istilahnya saya mem-brain wash masyarakat di sana, kalau mereka tidak hanya bisa bertani saja tetapi bisa berbudidaya ikan juga, sehingga secara pendapatan mereka punya tambahan hasil,” tutur Naim.
Butuh proses untuk Naim meyakinkan warga Desa Sumberklampok. Satu tahun pun telah terlewati. Di awal 2022 Naim selain mendampingi KUB Bunga Indah dan Wanasegara, dengan kerja kerasnya memberikan pendampingan disana, ia berhasil memberdayakan masyarakat dengan menumbuhkan satu Pokdakan di bidang budidaya ikan lele bioflok.
“Selama program terus berjalan, saya tidak berhenti untuk memberikan sosialisasi ke masyarakat. Pada saat itu baru dua sampai tiga orang aja yang benar-benar tekun buat berbudidaya, disitu saya merubah pola pikir masyarakat untuk mau mengembangkan dan memelihara ikan lele. Setelah terlihat hasilnya, mereka yang menekuni tadi mendapat keuntungan lalu tujuh orang lainnya ikut bergabung dan akhirnya membentuk Pokdakan Satya Darma,” tuturnya.
Berkembangnya minat masyarakat dalam berbudidaya, membuat perasaan Naim lega. Namun, ia tak cukup puas dengan hasilnya saat ini. Ia terus mengajak masyarakat untuk berbudidaya dan mengembangkan usaha bersama. Sebagai penyemangat mereka, Naim memfasilitasi para pembudidaya berupa bantuan akses permodalan, Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) bagi pembudidaya, bantuan budidaya ikan dengan sistem bioflok, hingga pendampingan untuk pelatihan kepada warga Desa Sumberklampok. Upaya dan kerja keras masyarakat Desa Sumberklampok pada akhirnya berbuah manis. Bagaimana tidak? Belum lama ini desa mereka, tepilih untuk menerima bantuan pemberdayaan hasil integrasi lintas kementerian untuk Reforma Agraria, termasuk KKP juga ikut memberikan bantuan. Penyerahan 21 program pemberdayaan hasil integrasi dari lima kementerian pun diterima oleh para warga.
Total bantuan yang diserahkan KKP pada kesempatan tersebut sebanyak 16 bantuan senilai Rp4,6 milyar, termasuk di dalamnya bantuan pengembangan SDM. Bantuan tersebut terdiri dari delapan bantuan untuk Desa Sumberklampok dan delapan bantuan untuk desa-desa lainnya di Buleleng.
Untuk pengembangan SDM di Sumberklampok, BRSDM memberikan bantuan pendidikan vokasi Diploma III di Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana hingga lulus untuk satu orang. Selanjutnya terdapat bantuan pelatihan budidaya rumput laut dan lobster untuk 30 orang oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi. Ada pula bantuan operasional satu orang penyuluh bagi empat kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan yang berada di wilayah Satminkal BBRBLPP Gondol.
Pengembangan SDM juga dilakukan di desa-desa lainnya di Buleleng berupa pendidikan Vokasi Diploma III di Politeknik KP Jembrana dan Diploma IV di Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta hingga lulus 36 orang. Selanjutnya terdapat bantuan pelatihan diversifikasi olahan ikan nila untuk 100 orang oleh BPPP Banyuwangi. Ada pula bantuan operasional bagi 14 penyuluh untuk membina 274 kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan yang berada di wilayah Satminkal BBRBLPP Gondol.
Naim pun tak sendiri, lewat bantuan yang telah diberikan ia bekerja sama dengan Kepala Desa Sumberklampok, Camat Gerokgak, UPT KKP lingkup Provinsi Bali, serta stakeholder lain yang dapat mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup warga Desa Sumberklampok.
Senyum lebar terpancar dari raut wajah Bakri, nelayan dari KUB Bunga Indah yang juga salah satu penerima bantuan dari KKP. Bagi Bakri, warga Sumberklampok merasakan langsung dampak dan manfaat dari pemberian bantuan berupa kegiatan pelatihan budidaya rumput laut dan pembesaran udang lobster.
“Manfaat yang kami rasakan pastinya tambah pengetahuan. Sebelum pelatihan, budidaya lobster kami hanya balik modal, gagal panen, dan banyak matinya. Pernah juga budidaya rumput laut tapi terkendala dengan pemasarannya,” ujar pria berbaju biru itu.
Tak hanya bantuan pelatihan saja, Bakri dan warga Sumberklampok lain juga merasakan uluran tangan dingin penyuluh BRSDM berupa pembinaan dan pendampingan. Lelaki bertopi abu-abu itu, juga mengatakan bahwa warga di daerahnya sangat terbantu dengan hadirnya penyuluh perikanan seperti Naim.
“Penyuluh alhamdulillah sangat diperlukan. Adnya penyuluh sekarang, masyarakat bisa diarahkan. Sebelum dan sesudah kehadiran penyuluh, perbedaannya sangat signifikan. Rumput laut yang tadinya dijual begitu saja, dengan adanya penyuluh bisa diolah, sehingga bernilai tambah. Jadi sangat bermanfaat dari segi pelatihan maupun penyuluhan. Kami mengucapkan terima kasih banyak pada KKP yang telah memberikan bantuan kepada masyarakat. Harapan kami teruslah berinteraksi dengan masyarakat,” tambah Bakri.
Lewat bantuan yang sudah diberikan, Naim terus berjuang memaksimalkan kemampuannya untuk memberdayakan warga Desa Sumberklampok. Berkat kerja kerasnya, saat ini 70 orang dari binaan kelompoknya di Sumberklampok sudah memiliki kartu KUSUKA untuk memudahkan pelaku usaha dalam akses permodalan. Selain itu, juga Naim kembali menumbuhkan satu pokdakan Bernama Subak Merta Sari yang saat ini masih dalam proses pengukuhan. Bagi Naim, usahanya tak akan pernah berhasil tanpa kerja sama dan kemauan yang gigih masyarakat kelautan dan perikanan Buleleng, termasuk di Desa Sumberklampok.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong agar kegiatan pelatihan dan penyuluhan lebih rutin dilaksanakan ke masyarakat terkait sektor kelautan dan perikanan sebagai upaya menambah tingkat kesejahteraan warga di berbagai daerah.
“Penyuluhan dan pelatihan harus rutin diberikan kepada masyarakat, agar masyarakat punya keahlian untuk menambah penghasilan,” kata Menteri Trenggono.
Sementara itu, Kepala BRSDM I Nyoman Radiarta berpesan kepada seluruh penyuluh perikanan untuk dapat bekerja dengan penuh integritas tinggi, berperan aktif dalam menyosialisasikan, melaksanakan kebijakan KKP dan mengawal program KKP, hingga menjadi problem solver bagi pelaku usaha kelautan dan perikanan.
“Penyuluh perikanan sebagai garda terdepan KKP dan agent of change, berperan penting untuk mendukung keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan, khususnya melalui pendampingan pelaku utama dan usaha KP di lapangan,” ujar Nyoman.
Sumber : kkp.go.id