SUARAMANADO, Ankara: Di sela-sela kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Turki dalam rangka melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, dan menjadi pembicara pada Leader’s Talk dalam Antalya Diplomacy Forum di Ankara dan Antalya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mewakili Presiden Republik Indonesia memberi sambutan utama pada Turkiye-Indonesia CEO Roundtable Meeting.
Pertemuan yang diselenggarakan oleh KADIN Indonesia dan The Foreign Economic Relations Board of Turkey (DEIK) itu dihadiri lebih dari 50 pemimpin bisnis kedua negara yang mewakili berbagai sektor usaha, seperti pertahanan, teknologi, konstruksi, infrastruktur, energi, industri kesehatan, farmasi, manufaktur, pendidikan vokasi, dan pengembangan SDM.
“Indonesia dan Turki perlu memperkuat kerja sama ekonomi serta melihat potensi yang masih sangat besar antara kedua negara, di tengah ketidakpastian global dan tren proteksionisme yang baru saja dilakukan oleh Amerika Serikat,” ungkap Menko Airlangga.
Indonesia dan Turki memiliki fundamental ekonomi relatif stabil dengan konsumsi domestik cukup tinggi. Tahun 2025 ini menandai 75 tahun kerja sama bilateral Indonesia dan Turki, untuk itu kerja sama tahap lanjutan menjadi suatu keharusan bagi kedua negara.
Perdagangan kedua negara pada 2024 sekitar USD2,4 miliar, dan ditargetkan oleh kedua Kepala Negara untuk mencapai hingga USD10 miliar. Untuk itu, percepatan dan implementasi dari limited preferential trade agreement menjadi suatu keharusan. Melalui perjanjian perdagangan ini, kedua negara dapat fokus pada beberapa produk utama untuk dibebaskan, baik secara tarif maupun non-tarif, dengan waktu negosiasi yang relatif lebih cepat.
“Turki melihat Indonesia sebagai mitra utama dan hub bagi perdagangan di kawasan ASEAN,” tutur Deputi Menteri Perdagangan Turki Ozgur Volkan Agar.
Turki telah memiliki kerja sama perdagangan bebas dengan Malaysia dan Vietnam sehingga sudah menjadi keharusan bahwa limited preferential trade agreement segera diselesaikan, sejalan dengan mandat kedua negara. Di sisi lain, Indonesia juga dapat melihat Turki sebagai hub untuk masuk pada pasar Uni Eropa dan mendukung percepatan penyelesaian perundingan Indonesia-Uni Eropa CEPA.
“Ada potensi produk pertanian Turki untuk bisa masuk ke pasar Indonesia, dan sebaliknya Turki juga terbuka terhadap ekspor produk pertanian dan kehutanan Indonesia ke pasar Turki,” jelas Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki Ibrahim Yukmali.
Produk-produk tersebut dapat menjadi bahan baku bagi industri makanan-minuman serta sektor industri kerajinan di Turki sehingga dapat memberikan keuntungan bagi kedua negara. Pihaknya menekankan bahwa proteksionisme perdagangan yang saat ini dilakukan beberapa negara di dunia justru akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan negara-negara utama dunia.
Turut hadir mendampingi dalam Turkiye-Indonesia CEO Roundtable Meeting tersebut di antaranya yakni Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Turki Achmad Rizal Purnama, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Umar Hadi, dan Ketua Umum KADIN Indonesia Anindya Bakrie.
Sumber: ekon.go.id
Related