Opini  

Mengapa Harus Belajar Filsafat?

SUARAMANADO, Manado : Judul berbentuk pertanyaan ini, selalu menjadi salah satu dalam kategori pertanyaan-pertanyaan awal ketika seseorang mulai mempelajari filsafat. Adapun pertanyaan pertama/sentralnya adalah apa itu filsafat.

Namun demikian, sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan sentral tersebut, penulis mencoba mengurai sebuah fakta berikut: bahwa dalam kenyataan yang ada dalam kerangka mempelajari filsafat itu, ada sebuah anggapan bahwa filsafat sering dianggap sebagai ilmu yang sangat abstrak. Dia juga sering dianggap sebagai ilmu yang sulit untuk dipelajari, karena tak akan banyak membantu subjek dalam menyelesaikan masalah.

Sedemikian abstrak dan bahkan karenanya sulit untuk dipelajari, justru semakin menunjukkan eksistensi sebenarnya dari filsafat itu. Filsafat justru menunjukkan ‘isinya’ manakala seorang subjek berpikir terhadap sebuah masalah yang harus diatasinya. Memikirkan apa itu filsafat, adalah filsafat itu sendiri, karena inti pokok dari filsafat adalah berpikir itu sendiri.

Dalam salah satu manuskrip kuliah filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STFSP), Profesor Ohoitimur menegaskan bahwa filsafat berarti aktivitas berpikir. Berpikir dan kegiatan berpikir adalah filsafat. Maka ketika kita berpikir untuk menemukan inti dari filsafat, maka kita sedang berfilsafat dan oleh karenanya, berpikir itu adalah filsafat.

Ohoitimur kembali menegaskan lagi ada tiga hal utama dalam filsafat yakni: Aktivitas, rasional, kritis. Pertama, dengan ‘aktivitas’, menunjukkan bahwa dalam berpikir, kita benar-benar harus beraktivitas berpikir, pikiran kita harus benar-benar berpikir tentang sesuatu yang kita pikirkan, sehingga bisa menemukan jawaban yang dicari.
Kedua, rasional. Hal yang dipikirkan dalam berpikir sebagaimana yang dimaksud diatas, adalah sesuatu yang ‘masuk di akal’, sesuai akal sehat dari si subjek yang sedang berpikir, dan orang diluar diri si subjek itu.
Ketiga, kritis. Dengan kritis, sikap berpikir yang berdasarkan akal sehat, haruslah mengandung sikap kritis yang tanpa kepentingan tertentu. Dalam arti sikap kritis seseorang adalah sikap yang bukan tanpa kepentingan untuk ‘menyerang’ orang atau siapapun diluar dirinya.

Jadi dengan kata lain, tiga hal utama di atas menjadi pokok penting dalam filsafat itu. Sejalan dengan catatan penulis dalam laman: https://baliportalnews.com/2021/02/berfilsafat-adalah-petualangan-intelektual/, bahwa berfilsafat itu seperti sebuah pesawat yang akan terbang. Ketika beranjak atau berangkat dari bandara (landasan pacu), pesawat akan menuju ke ketinggian, demikian pun filsafat akan menuju ketinggian, yang tentu diawali dari sebuah refleksi (persiapan untuk terbang), terbang ke langit, lalu pada akhirnya harus didaratkan pada tujuan akhir yakni kejernihan.

Itulah filsafat yang memang secara riil memberi kita pencerahan, memberi kita kesempatan untuk benar-benar berpikir, dan memberi kita waktu untuk terus berpikir dan merefleksikan realitas, termasuk kondisi riil yang ada di sekitar kita demi mencapai kejernihan (ex philosophia claritas).***

Ambrosius M. Loho, M.Fil. (Dosen Fakultas Pariwisata Unika De La Salle Manado).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *