SUARAMANADO, Banyuwangi : Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong inovasi produk perikanan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjadi solusi ketahanan pangan di masa depan. Melalui inovasi, ikan sebagai bahan baku produksi misalnya bisa diolah menjadi berbagai produk turunan dengan nilai ekonomi dan kualitas tinggi.
“Salah satu tantangan dalam mengoptimalkan sumber daya laut adalah mencegah kerugian ekonomi dari ikan hasil panen yang disebabkan oleh penurunan kesegaran dan kualitasnya. Kesegaran ikan tidak dapat dikembalikan namun inovasi teknologi pengolahan dapat mengubah ikan menjadi banyak varian produk perikanan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi,” ungkap Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP I Nyoman Radiarta.
Aksi nyata KKP dalam membangun semangat inovatif adalah melalui transfer knowledge terkait peningkatan nilai tambah produk perikanan, seperti yang dilakukan baru-baru ini pada perwakilan negara-negara yang tergabung pada Forum Kerja Sama Selatan-selatan dan Triangular (KSST). Transfer knowledge dilakukan secara daring pada 20-21 Juli 2022 di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi.
Kegiatan hasil kolaborasi bersama Non-Aligned Movement Centre for South-South Technical Cooperation (NAM CSSTC), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dan Kementerian Luar Negeri, sekaligus sebagai bentuk komitmen Indonesia berperan aktif dalam peningkatan kapasitas SDM KP negara-negara sahabat. Selain itu untuk mendukung Presidensi Indonesia dalam G20 dan kontribusi aktif Indonesia dalam forum High Level Panel on Sustainable Ocean Economy (HLP-SOE).
“Sumber daya manusia yang kompeten merupakan kunci utama pembangunan kelautan dan perikanan. Atas dasar itulah kami menyelenggarakan kegiatan pelatihan ini, dengan tujuan untuk mengembangkan kapasitas sumber daya manusia kelautan dan perikanan. Di sisi lain, pendemi COVID-19 telah menuntut kita untuk terus adaptif menghadapi berbagai perubahan termasuk memaksimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi digital untuk meningkatkan nilai ekonomi produk KP,” papar Nyoman.
“Melalui pelatihan ini, saya harap dapat meningkatkan peluang untuk mengembangkan bisnis dan jejaring serta mendorong peningkatan ekonomi antara Indonesia dan negara peserta,” tambahnya.
Hal senada disampaikan Duta Besar Diar Nurbintoro, Direktur NAM CCSTC. Melalui pelatihan ini pihaknya berharap para peserta dapat memanfaatkan peluang untuk meningkatkan produktivitas pada produk pangan berbasis perikanan dan kelautan, mewujudkan swasembada pangan, mempromosikan kebijakan kemanan pangan global, serta berperan aktif meningkatkan nutrisi pangan.
“Terima kasih kepada BRSDM KKP yang telah mempersiapkan dan menyelenggarakan kegiatan pelatihan dengan baik. Tentunya jarak tidak menjadi halangan bagi kita untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan,” ucap Diar Nurbintoro.
Sementara itu, Maria Renata Hutagalung, Direktur Kerja Sama Pembangunan Internasional, Kementerian Luar Negeri, menuturkan bahwa pelatihan ini merupakan wadah bagi para ahli dan peserta untuk dapat berbagi dan bertukar pengetahuan tentang diversifikasi ikan dan produk perikanan yang menggunakan bahan baku ikan dan udang.
“Melalui pelatihan ini juga diharap dapat memaksimalkan kesempatan kerja atau mata pencaharian bagi nelayan dan masyarakat sekaligus memberdayakan perempuan. Berbeda dengan penangkapan ikan yang banyak dilakukan oleh laki-laki, perempuan dapat lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan pengolahan ikan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, diperlukan pelatihan guna mengoptimalkan manfaat ekonomi bagi pelaku usaha dan masyarakat,” jelas Maria.
Turut hadir secara daring, Eliza Northrop, Policy Lead High Level Panel for a Sustainable Ocean Economy (HLP SOE), yang menyampaikan tentang forum HLP SOE yang terdiri dari 17 negara serta upaya yang dilaksanakan dalam mendukung peningkatan ekonomi berkelanjutan dari sektor kelautan.
Pelatihan Nilai Tambah Ikan dan Produk Perikanan diikuti oleh 26 peserta yang berasal Kaledonia Baru, Samoa, Kiribati, Palau Solomon, Papua New Guinea, dan Indonesia. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat mewujudkan pembentukan wirausaha baru dan peningkatan gizi masyarakat, mempromosikan ketahanan pangan, peningkatan kapasitas nasional dan ketahanan diri kolektif negara-negara peserta, meningkatnya artisipasi aktif dan kepemimpinan negara berkembang dalam kerjasama perikanan internasional, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia di industri perikanan.
Sebelumnya, dalam berbagai kesempatan, Menteri Trenggono mendorong para pelaku usaha perikanan untuk tanggap akan kemajuan teknologi dan tren pasar. Untuk itu, pihaknya mendorong seluruh pihak untuk gencar berinovasi melalui beragam diversifikasi olahan produk perikanan dan kelautan.
Sumber : kkp.go.id