Kemenko PMK Dorong Resiliensi Anak di Era Digital Lewat Festival Internet Aman untuk Anak 2025

SUARAMANADO, Jakarta: Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menegaskan pentingnya membangun resiliensi anak dalam menghadapi dunia digital. Menurutnya, anak-anak harus memiliki daya tahan dan pemahaman yang kuat terhadap literasi digital agar mampu memanfaatkan internet secara bijak serta terhindar dari berbagai risiko negatif.

Hal itu disampaikan saat mewakili Menko PMK Pratikno membuka Festival Internet Aman untuk Anak yang mengusung tema “Saatnya Lebih Cerdas Berinternet” melalui penyediaan Ruang Edukasi, Ruang Inovasi, dan Ruang Hiburan, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada Rabu (26/2/2025).

Deputi yang kerap disapa Lisa tersebut menekankan bahwa pendampingan dari orang tua, guru, dan lingkungan sekitar sangat penting dalam membangun ketahanan digital anak, sehingga mereka dapat menggunakan internet dengan aman dan bertanggung jawab.

“Kita harus membangun resiliensi anak, membangun daya tahan anak terhadap berbagai gempuran informasi yang tidak hanya positif tapi juga negatif yang dapat diperoleh melalui internet. Untuk itu, literasi digital bagi anak menjadi hal yang paling penting. Selain itu, bimbingan dan pendampingan dari orang tua, pendidik, pengasuh, orang-orang yang ada di sekitar anak, perlu kita perkuat literasi digitalnya agar bisa mendampingi anak dalam menggunakan internet dengan bijak,” ujarnya.

Lisa juga mengingatkan agar orang tua dan pendidik tidak serta-merta memarahi anak ketika mereka melakukan kesalahan dalam menggunakan media digital, melainkan memberikan bimbingan yang baik agar anak dapat menerima nasihat dengan lebih positif.

“Jangan memarahi anak jika salah dalam menggunakan media digital, berikan bimbingan dan arahan yang baik sehingga anak dapat menerima dengan baik nasihat dari kita selaku orang tua. Kita harus bisa membangun komunikasi yang positif dengan anak-anak kita,” tambahnya.

Selain penguatan literasi digital, Lisa menekankan pentingnya membangun sistem keamanan yang dapat menjamin anak-anak berselancar di dunia digital dengan aman dan nyaman.

“Membangun sistem keamanan yang baik juga sangat penting untuk dilakukan agar dapat menjamin anak-anak dapat berselancar menggunakan media digital dengan aman dan nyaman. Pemerintah saat ini terus berusaha untuk bekerja sama dengan berbagai pihak untuk membangun lingkungan digital yang ramah terhadap anak,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menuturkan bahwa pemerintah saat ini tengah merancang peraturan pemerintah terkait tata kelola perlindungan anak di ruang digital, termasuk pembatasan kepemilikan akun pada platform digital bagi anak-anak. Upaya ini dilakukan mengingat lebih dari 15 ribu anak telah menjadi korban kekerasan sosial daring, sementara 440 ribu anak usia 10-20 tahun terlibat dalam judi online, termasuk anak-anak di bawah 10 tahun.

“Aturan ini bertujuan bukan untuk membatasi, tapi untuk melindungi anak-anak dari paparan konten berbahaya dan risiko eksploitasi digital. Kami ingin memastikan internet menjadi ruang yang lebih aman bagi mereka,” ujarnya.

Regulasi ini diklasifikasikan berdasarkan usia, konten yang berisiko, serta fitur yang ada di platform tersebut. Platform yang mendukung kebijakan ini diharapkan dapat berperan lebih aktif dalam melindungi anak-anak dari paparan konten negatif.

Acara ini menghadirkan berbagai sesi edukatif dan inovatif untuk memperkuat perlindungan anak di dunia digital. Salah satu program utama adalah Ruang Edukasi yang berisi seminar interaktif dengan topik-topik seperti eksploitasi seksual anak online, judi online, dampak game online, dan kecerdasan buatan. Sesi ini diisi oleh para ahli dari berbagai organisasi, termasuk ECPAT Indonesia, NXG, ICT Watch, dan Siberkreasi.

Selain itu, Ruang Inovasi menghadirkan berbagai booth edukatif dari perusahaan teknologi dan organisasi yang peduli terhadap keamanan digital, seperti Google, YouTube, Badan Siber dan Sandi Negara, MAFINDO, Relawan TIK, Save The Children, dan SEJIWA. Booth-booth ini menampilkan berbagai solusi digital yang dirancang untuk meningkatkan keamanan dan literasi digital bagi anak-anak.

Kegiatan ini diselenggarakan atas kerja sama antara Kemenko PMK, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Komunikasi dan Digital, Badan Siber dan Sandi Negara serta Indonesia Child Online Protection. Sedikitnya terdapat 631 peserta yang terlibat, terdiri dari 326 anak dan 305 orang dewasa, yang mencakup perwakilan sekolah, organisasi perlindungan anak, komunitas digital, serta instansi pemerintah dan swasta.

Sumber: kemenkopmk.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *