SUARAMANADO, Tokyo : Sebagai negara yang turut serta menyepakati agenda pembangunan global, Pemerintah Indonesia terus berupaya menjaga komitmen dalam mendukung pencapaian target tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Salah satu permasalahan serius dunia terkait ketersediaan dan keamanan pangan adalah hilangnya pangan dan sampah atau food loss and waste (FLW).
Hal tersebut disampaikan Duta Besar RI untuk Jepang dan Federasi Mikronesia, Heri Akhmadi, pada simposium internasional bertema “Food Loss and Waste” (FLW) di Osaka University, yang digelar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo bersama Food Loss and Waste Reduction Hub, Osaka University, Rabu (5/7).
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk Tokyo, Yusli Wardiatno, menjelaskan bahwa hilangnya pangan adalah sampah makanan yang berasal dari bahan pangan seperti buah dan sayur maupun makanan lain yag masih mentah, namun sudah tidak bisa diolah menjadi makanan dan akhirnya dibuang begitu saja. Sementara itu, sampah makanan atau food waste merupakan makanan yang siap dikonsumsi oleh manusia namun dibuang begitu saja dan akhirnya menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA).
“Indonesia pun merupakan salah satu negara yang memiliki tantangan mengelola food loss dan food waste di dunia,” ucap Atdikbud Yusli.
Dubes Heri, yang dalam kesempatan ini hadir sebagai salah satu pembicara kunci, menggarisbawahi beberapa data terkait urgensi masalah pangan dunia serta menekankan pentingnya pembangunan kerja sama riset dan pendidikan dalam mengembangkan teknologi untuk mengurangi FLW.
“Sementara kita khawatir tentang keberlanjutan ketersediaan makanan, beberapa dari kita mungkin tidak menyadari bagaimana kita kehilangan dan membuang terlalu banyak makanan dalam hidup kita. Ya, dunia sedang menghadapi masalah serius tentang FLW, dan masalah ini memiliki konsekuensi juga terhadap masalah lingkungan berupa peningkatan emisi rumah kaca,” terang Heri.
Dubes Heri berharap agar pertemuan ini dapat ditindaklanjuti menjadi sebuah kerja sama triple helix, yaitu kerja sama yang melibatkan unsur pemerintah, perguruan tinggi dan sektor swasta yang melembaga sehingga banyak temuan teknologi yang dapat memperbaiki rantai pasok penyiapan pangan dan sampah yang ditimbulkan pada proses distribusi, pelayanan, dan konsumsi pangan.
Mewakili KBRI Tokyo, Atdikbud Yusli Wardiatno, menyebutkan bahwa penyelenggaraan bersama simposium internasional ini merupakan implementasi kesepakatan kerja sama antara KBRI Tokyo dan Osaka University yang ditandatangani oleh Dubes Heri Akhmadi dan Rektor Shojiro Nishio.
“Simposium ini bagian dari kerja sama pendidikan dan riset yang dibangun KBRI Tokyo dalam bidang pangan. Ke depan, akan lebih banyak lagi kegiatan terkait bidang pendidikan yang dilakukan antara universitas di Jepang dengan universitas atau lembaga lain termasuk perusahaan swasta dan pemerintahan dari Indonesia,” jelas Yusli.
Ia menambahkan, selain pangan dan bioteknologi, KBRI Tokyo memfokuskan pengembangan kerja sama dalam bidang kesehatan, transformasi digital dan transisi energi.
Harapan Dubes Heri pun diperkuat oleh paparan tiga pembicara kunci lainnya, yakni Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Laksana Tri Handoko; Rektor IPB, Arif Satria; dan Rektor Institut Teknologi Bandung, Reini Wirahadikusumah yang menilai pentingnya kolaborasi kedua negara untuk mengatasi isu food loss and waste.
Beberapa pembicara dari akademia yang hadir yaitu Drajat Martianto dari Institut Pertanian Bogor, Puji Lestari dari BRIN, Maya Fitriyanti dari ITB, dan Tsunehiro Otsuki dari Osaka University. Sedangkan dari sektor swasta, terdapat sejumlah pemapar yakni Kazuya Kashida (Shimazu Corp.), Hirofumi Nagao (Atonarp Inc.), Welly Soegiono (Great Giant Foods), dan Amadeus Driando Ahnan-Winarno (Better Nature Ltd.). Simposium ini dihadiri secara luring oleh sekitar 100 orang peserta dan secara daring oleh hampir 400 peserta.
Acara menghadirkan pembicara dari tiga pihak, yakni pemerintahan, sektor swasta, dan akademisi yang didukung oleh Japan Society of Agricultural, Biological and Environmental Engineers and Scientists, dan ICBiotech dari Osaka University dan Bio Community Kansai. Simposium diawali dengan sambutan dari Rektor Osaka University Shojiro Nishio, Wakil Rektor Bidang Penelitian, Promosi dan Perpustakaan Takao Onoye, dan Ketua Program JST COI-NEXT Kazushi Kuse.
Simposium ditutup Konsul Jenderal RI di Osaka, Diana E.S. Sutikno, dan Wakil Rektor Eksekutif Bidang Kerja Sama Internasional Osaka University Genta Kawahara, dan dilanjutkan dengan temu bisnis berupa pameran poster oleh beberapa perusahaan.
“Saya ingin membangkitkan ingatan kita semua akan nasehat dari orang tua terkait food waste. Jangan membuang nasi yang kita makan karena dia akan menangis. Ada makna yang sangat dalam pada nasehat ini, dan bila dituruti maka dapat membantu menurunkan food waste,” ungkap Diana.
Sumber : kemendikbud.go.id