Inggris Tolak Sebut China sebagai Ancaman pasca Penangkapan Mata-mata

SUARAMANADO, Inggris : Polisi Inggris menahan dua pria pada bulan Maret, karena dicurigai menjadi mata-mata China. Penangkapan itu baru terungkap pekan ini, ketika surat kabar Sunday Times melaporkan, salah satu tersangkanya, seorang peneliti di parlemen Inggris yang memiliki hubungan dengan beberapa anggota senior Partai Konservatif yang berkuasa.

Dalam sebuah pernyataan online, peneliti yang oleh VOA tidak ingin disebut namanya mengatakan, ia tidak bersalah dan mengaku bahwa ia menghabiskan karirnya dengan “berusaha mendidik orang lain tentang tantangan dan ancaman yang ditimbulkan oleh Partai Komunis China.”

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak membicarakan insiden itu dengan Perdana Menteri China Li Qiang pada pertemuan puncak G20 baru-baru ini di India. Ia mengatakan kepada anggota parlemen hari Selasa, ia akan membela demokrasi Inggris.

“Saya tegaskan kepada Perdana Menteri Li bahwa tindakan yang berusaha melemahkan demokrasi Inggris, tidak dapat diterima sama sekali dan tidak akan pernah ditoleransi,” jelas Sunak.

China mengatakan tuduhan mata-mata itu palsu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning mengatakan, “Kami mendesak Inggris untuk berhenti menyebarkan informasi palsu dan menghentikan manipulasi politik anti-China serta fitnah yang keji.”

Namun, para pengecam mengatakan, Inggris harus melangkah lebih jauh. Finn Lau adalah seorang aktivis pro-demokrasi dari Hongkong, yang kini tinggal di pengasingan di London setelah melarikan diri dari tindakan keras China atas protes pada tahun 2019.

“Menurut saya, tidak ada pendekatan yang konsisten, atau bahkan pada tingkat kebijakan terhadap China, terutama yang terkait keamanan nasional atau ancaman dari luar negeri,” ujarnya.

Pandangan serupa juga disuarakan oleh beberapa anggota parlemen Inggris.

Mantan Perdana Menteri Liz Truss termasuk di antara anggota Partai Konservatif yang menyerukan pemerintah untuk secara resmi menyatakan China sebagai ancaman bagi Inggris.

Namun Menteri Urusan Bisnis Inggris, Kemi Badenoch menolak tuntutan seperti itu.

“Kami tidak bisa mengganggap China sebagai musuh. Mereka adalah mitra dagang terbesar keempat kita. Ada banyak bisnis, termasuk bisnis yang saya geluti, yang terpadu dengan perekonomian China. Banyak lapangan pekerjaan bergantung pada China.”

Lau mengatakan alasan ketergantungan itu berlebihan. “China hanya menyumbang 6,1 persen dari jumlah perdagangan di Inggris. Mulai sekarang, kita harus berfokus pada diversifikasi hubungan perdagangan kita.”

Sementara itu, kedua tersangka yang ditangkap pada bulan Maret dibebaskan dengan jaminan. Penyelidikan polisi terhadap kasus mata-mata itu terus berlanjut.

Sumber : voaindonesia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *