SUARAMANADO, Jakarta: Dalam lanskap ekonomi global yang semakin dinamis dan kompetitif, perluasan akses pasar menjadi instrumen vital untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pemerintah terus berupaya agar produk Indonesia dapat hadir di lebih banyak negara, sehingga investasi dapat tumbuh, lapangan kerja tercipta, dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Capaian strategis Indonesia dalam menjalin kemitraan perdagangan internasional juga menunjukkan komitmen kuat Pemerintah dalam memperkuat posisi Indonesia di panggung global.
Baru-baru ini, Indonesia telah menyelesaikan dua kesepakatan penting di sektor perdagangan internasional, yakni masing-masing dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang diharapkan akan dapat memberikan dampak langsung terhadap peningkatan ekspor nasional, stabilitas industri padat karya, hingga perluasan akses pasar bagi pelaku usaha kecil dan menengah.
“Salah satu dampak yang paling konkret adalah dengan diumumkannya oleh Presiden Trump di awal, maka order untuk produk tekstil, apparel, dan shoes sudah mulai jalan. Kalau itu tidak diumumkan, maka order ini tidak diberikan oleh mitra dagang di Amerika. Dan tentu ini bisa berakibat kepada pengurangan tenaga kerja atau PHK,” tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Special Interview dengan CNN Indonesia di Jakarta, Senin (21/07).
Dalam kesepakatan terbaru dengan Amerika Serikat, Indonesia mengambil langkah strategis dengan menawarkan pembelian langsung komoditas utama AS, seperti energi dan produk pertanian. Menurut Menko Airlangga, langkah tersebut lebih efektif dibanding skema penurunan tarif bertahap karena mampu memberikan dampak terhadap neraca perdagangan dalam waktu singkat. Melalui pembelian langsung, Indonesia mendapat keunggulan kompetitif dibanding negara lain di Kawasan, khususnya di sektor tekstil dan alas kaki yang selama ini menjadi tulang punggung industri padat karya.
“Jadi sebetulnya impor energi sudah kita lakukan setiap tahun. Selama ini kita impor dari berbagai negara, termasuk Amerika, Timur Tengah, dan berbagai negara di Afrika, sehingga ini hanya shifting dari negara-negara itu ke Amerika, tidak menambah daripada total impor kita,” imbuh Menko Airlangga.
Sementara itu, Indonesia dan Uni Eropa telah mencapai kesepakatan substansial melalui Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA). Perjanjian tersebut mencakup penghapusan bea masuk terhadap lebih dari 90% produk ekspor Indonesia ke Eropa. Dengan diberlakukannya tarif 0%, produk nasional akan memiliki daya saing yang jauh lebih kuat di pasar Eropa.
Indonesia dan Uni Eropa juga bersepakat untuk mempercepat proses ratifikasi agar dapat berlaku efektif dalam waktu satu tahun. Dengan adanya perjanjian strategis tersebut, Pemerintah menargetkan peningkatan ekspor ke Eropa dapat mencapai hingga USD60 miliar dalam 8 tahun ke depan.
Lebih lanjut, Pemerintah juga menaruh perhatian besar terhadap sektor hilirisasi. Menko Airlangga menyebut bahwa peningkatan nilai tambah produk merupakan bagian dari strategi industrialisasi jangka panjang Indonesia yang kini telah memasuki era industri 4.0. Menko Airlangga juga menekankan pentingnya penguatan peran UMKM dalam ekosistem ekspor nasional. Dengan dibukanya akses pasar ke Uni Eropa, sektor-sektor seperti tekstil, furnitur, hingga industri kreatif diyakini memiliki peluang besar untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor.
Menko Airlangga juga menegaskan bahwa strategi perluasan pasar tidak berhenti pada dua mitra utama tersebut. Pemerintah tengah memperluas akses pasar di Amerika Latin melalui partisipasi dalam CPTPP (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership) dan telah menyelesaikan negosiasi perdagangan dengan Kanada. Selain itu, pendekatan bilateral juga terus diperkuat untuk membuka jalur ekspor baru ke negara-negara Afrika.
“Perundingan perdagangan internasional, baik itu FTA maupun CEPA, itu lintas sektoral. Tentu koordinasi dan teamwork dengan tim di Kabinet Merah Putih ini berjalan baik, sehingga kami optimis tujuan kita untuk pertumbuhan yang 8%. Nah ini jalannya antara lain membuka pasar, membuat industri lebih bersaing, dan produk kita yang masuk ke negara lain semakin banyak. Oleh karena itu, Pak Presiden juga sudah minta kita melakukan deregulasi yang terus-terus, yang mendorong kepada daya saing,” pungkas Menko Airlangga.
Sumber: ekon.go.id