“Yang Lama Telah Berlalu, Yang Baru Sudah Datang”Bacaan Alkitab: Wahyu 21 : 1-8
Selamat Tahun Baru. Terpujilah Tuhan Allah; Bapa, Anak dan Roh Kudus karena kita masih dikaruniakan nafas kehidupan melanjutkan kehidupan di hari, bulan, tahun baru 2024. Kendati bagi kita orang percaya tahun baru adalah tahun rahmat Tuhan yang menjanjikan berkat, namun untuk meraihnya kita perlu ketekunan, kegigihan, ketangguhan, keterampilan dan hikmat sorgawi. Karena tantangan, ancaman, godaan akan selalu menghadang perjuangan orang percaya untuk memenangkan pertarungan dan peperangan melawan kuasa jahat di dunia ini. Firman Tuhan mengatakan, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Petrus 5:8)
Tahun Baru 2024 adalah kelanjutan tahun lama 2023 yang baru berlalu. Orang percaya hidup di dunia ini hanya sementara. Tujuan akhir kita adalah langit dan bumi yang baru. Atau sorga. “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia,” (Filipi 3:20-21). Kata langit dalam bahasa aslinya ouranos: sorga, langit. Kata yang sama digunakan dalam Matius 3:2 “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Matius 3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Sorga menunjuk pada rumah Bapa. Yohanes 14:1-4. “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal…Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu…, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” Kata baru dalam Tahun Baru berarti kelanjutan dari yang lama. Berbeda maknanya dengan kata baru dalam langit dan bumi yang baru. Kata aslinya kainos: baru dalam arti kualitatif; transformasi atau perubahan bentuk, bukan kelanjutan dari yang lama.
Firman Tuhan hari ini menegaskan bahwa kita harus menjadi pemenang dalam perjuangan di dunia yang fana ini agar boleh mencapai tujuan untuk dapat masuk dalam langit dan bumi yang baru. “Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.” Bagaimana kita dapat menjadi pemenang? Syarat utama penjadi pemenang adalah tidak-ragu-ragu dan sungguh percaya bahwa Yesus Kristus telah mengasihi kita dengan
menumpahkan darah-Nya di kayu salib untuk menebus dosa manusia dan bangkit mengalahkan maut. “Maut telah ditelan dalam kemenangan.” (1 Korintus 15:54) “kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:37)
Rasul Paulus menegaskan, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Roma 8:38-39). Akan tetapi ia juga mengingatkan, bahwa yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah bukan kuasa dan kekuatan dari luar diri orang percaya, melainkan dari dalam diri kita. Keinginan dunia/daging, nafsu, keserakahan, kerakusan, ketamakan dan lain sebagainya, itulah yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. “Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi,” (Kolose 2:18)
Perjuangan kita bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Pengantin perempuan adalah metafora atau kiasan orang percaya atau gereja. Kita tahu bagaimana pengantin perempuan dipersiapkan untuk pernikahan. Segala sesuatu dibuat indah, sempurna, mempesona dan mengesankan. Demikian hidup kita harus selalu mempersiapkan diri, berusaha, berjaga-jaga dan berdoa agar tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Yesus Kristus, pengantin Pria. Karena, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,” (Yohanes 1: 14.a) “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Matius 18:20) “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.” Kemah Allah, skene kemah, tabernakel, tabut perjanjian. Tempat kehadiran Tuhan Allah dalam Bait Suci.
Langit dan bumi yang baru atau sorga adalah tempat dan keadaan sama sekali baru dari yang lama dimana tidak ada maut, perkabungan, ratap tangis, dukacita. Atau laut tidak ada lagi. Laut sering dimetaforakan sumber kejahatan, membawa pemisahan dan lain
sebagainya. Tugas kita sebagaimana amanat Tuhan Yesus Kristus dalam khotbah di Bukit. “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,” (Matius 5:9-10, 12). Apa akibat orang yang tidak percaya dan gagal mempertahankan kasih Yesus Kristus? “Mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”
Dalam perjuangan kita tidak selalu berhasil. Sering jatuh tapi bangun kembali. Kita lemah karena masih hidup dalam daging. Matius 26:41 “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Jangan berhenti berjuang sebab sebelum nafas berakhir kita belum mencapai garis akhir kehidupan. “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” (Kisah Para Rasul 20:24) Orang yang akan memasuki langit dan bumi yang baru adalah mereka yang menyatakan, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Timotius 4:7). Amin.
(Vence Caroles)