Pembacaan Alkitab : Matius 26:1-13
Tema : Persiapan Penguburan Yesus
Injil Matius ditulis oleh Matius murid Tuhan Yesus dan dialamatkan kepada orang Kristen keturunan Yahudi, yang sangat bergantung, menantikan pada janji, nubuatan Allah dalam Perjanjian Lama bahwa Yesus Kristus akan datang sebagai Mesias, sebagai raja yang diurapi (Kej.3:15,49:10, Yes.11:1,Mikha 5:1-2, Zak.9:9). Apa yang diharapkan oleh orang Yanudi rupanya tidak sesuai dengan apa yang ditampilkan oleh Yesus, Dia bukan tampil sebagai Raja yang penuh kuasa, tetapi sebagai Anak Manusia yang menderita, hal itu yang disampaikan oleh Yesus.
Dalam Matius 26:1-13, Pertama : Setelah selesai dengan segala pengajaranNya, IA memberitahukan kepada murid-murid bahwa Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan, Yesus memberitahukan soal hari kematianNya, hal itu akan terjadi pada perayaan paskah yang tinggal 2
hari lagi (ay.1,2). Yesus menyampaikan hal ini untuk mempersiapkan para murid dalam menghadapi perayaan paskah sekaligus penyaliban dan kematianNya. Dalam konteks Yahudi Perayaan Paskah dilaksanakan untuk mengingat ulang bagaimana Tuhan Allah membebaskan
orang Israel dari perbudakan di tanah Mesir, setelah kematian seluruh anak sulung orang Mesir (Kel.13).
Kedua : Imam-Imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul di istana Imam Besar Kayafas. Untuk apa? Untuk melaksanakan rencana kejahatan. Mereka adakan rapat, berunding, bersekongkol, bermufakat untuk melancarkan rencana, dengan strategi pakai tipu muslihat untuk
menangkap dan membunuh Yesus (ay.3,4). Rencana penangkapan dan pembunuhan Yesus betul-betul dipersiapkan dengan matang supaya tidak meleset dan bahkan melibatkan orang kepercayaan Yesus yaitu Yudas Iskariot (Mat.26:14-16). Mereka mencari waktu yang tepat “jangan pada waktu perayaan supaya jangan timbul keributan di antara rakyat (ay.5). Mereka mengatur dengan baik, dengan matang supaya tindakan penangkapan itu tidak akan mendatangkan kekacauan dan mengganggu perayaan paskah.
Ketiga : Yesus diurapi.
Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, IAij diurapi oleh seorang perempuan, menurut penginjil Yohanes perempuan itu bernama Maria (Yoh.12:3). Yesus diurapi dengan minyak wangi yang mahal, penginjil Markus mengidentifikasikan bahwa minyak itu adalah minyak narwastu murni yang mahal harganya (Mrk.14:3). Minyak itu dicurahkan ke atas kepala Yesus yang sedang duduk makan (ay.6,7). Hal ini dilakukan sebagai kebiasaan, tradisi bangsa-bangsa Timur yang menunjukkan tanda terima kasih dan tanda menghormati seseorang. Juga biasanya
dilakukan pada saat pengurapan dan pentahbisan sebagai imam dan raja (Kel.29:7, Im.8:12, l Sam.10:1, 16:13). Apa yang dilakukan oleh Maria, yang kelihatan agak berlebihan membuat para murid gusar, marah/gerang dan berpendapat bahwa perbuatan itu adalah suatu pemborosan. Minyak narwastu yang sangat mahal, diperkirakan satu buli-buli sama dengan harga upah pekerja harian dalam
setahun, yaitu 300 dinar (Yoh.12:5), hanya terbuang dengan percuma, sebaiknya dijual dan uangnya diberikan kepada orang miskin (ay.8-9).
Yesus tahu isi pikiran para murid, khususnya Yudas karena itu dipertegas oleh penginjil Yohanes, bukan karena ia memperhatikan nasib orang miskin, melainkan karena ia seorang pencuri yang sering mengambil uang yang disimpan di kas yang dipegangnya (Yoh.12:6). Karena itu Yesus membela dan membenarkan apa yang dilakukan Maria, ia telah melakukan perbuatan yang baik, sebagai persiapan penguburan bagiKu (ay.10-12).
Dalam tradisi Yahudi, setiap orang yang meninggal sebelum dikuburkan akan diminyaki dan dirempah-rempahi. Tapi apa yang dilakukan oleh Maria dan dibenarkan oleh Yesus. Meminyaki orang yang sudah mati sebagai tanda kasih dan hormat itu baik tapi lebih baik dan lebih terhormat lagi adalah meminyaki, menyatakan kasih dan penghormatan kepada seseorang selagi masih hidup, bukan nanti sudah mati, itu namanya sudah terlambat, apa yang dilakukan selagi masih hidup, perbuatan orang itu akan tetap diingat (ay.13)
Dalam penghayatan Minggu Sengsara Yesus Kristus ini berefleksi dari bagian firman ini kepada kita diperintahkan oleh firman :
Pertama : Kita harus siap dan mempersiapkan diri untuk menjalani rencana Allah walau harus melewati kesengsaraan, penderitaan, kematian seperti yang ditanggung oleh Yesus. Orang yang kehilangan segala sesuatu, kehilangan nyawa sekalipun karena ketaatan pada kehendak dan rencana Allah, ia akan mendapatkan kembali.
Kedua : Jangan ada konspirasi, persekongkolan jahat, seperti yang dilakukan oleh imam-imam kepala dan tua-tua, melainkan hendaklah kita bersekongkol, bersepakat untuk melakukan yang baik dalam berpikir, berucap dan berbuat, kepada sesama, membantu yang lemah, miskin dan papah.
Ketiga : Hendaklah ada kerelaan berkorban seperti yang dilakukan oleh seorang perempuan Maria, bukan hanya melihat, gusar, marah dan mengkritik orang yang rela berkorban tapi diri sendiri tidak mau berkorban, ingat apa yang kita rela korban demi Tuhan itu akan dingat dan diberkati oleh Tuhan.
Keempat : Tema Khotbah ini : “Persiapan Penguburan Yesus”, yang ditandai meminyaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal, hendaklah dilakukan selagi masih hidup, bukan nanti sudah mati. Hal ini kiranya melahirkan tradisi baru meminyaki sebagai tanda mengasihi dan
menghormati seseorang seharusnya dilakukan semasih hidup bukan nanti so mati. Ada kebiasaan dalam pemakaman, mengacarakan pemberian tanda kasih dan penghormatan dengan menyiramkan minyak dan menyematkan bunga kepada yang meninggal, perlakukan kasih dan hormat kepada seseorang lebih bermakna, lebih berarti kalau dilakukan selagi masih hidup, semoga demikian, Haleluyah, Amin.
(Vence Caroles)