Ibadah Minggu Siang GMIM Tasik Genasareth 07/01/2024 Khadim Pdt. Youne R. Pangerapan M.Th

“Keadilan, Damai dan Kasih Yesus Kristus Menjiwai Pesta Demokrasi”Tetap Setia Di Jalan Tuhan Menghadapi Penyesat”
Bacaan Alkitab: Filipi 3 : 1b-16
Dunia dan zaman sekarang ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai perkembangan sangat terlihat dan teralami dalam kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Dan perkembangan ini sangatlah berdampak dalam perjalanan hidup kita di zaman ini, misalnya kemajuan dunia digital, di mana setiap orang dapat mengakses berbagai informasi dari situs-situs internet dan berbagai aplikasi media sosial. Kita dapat juga melihat, membaca atau mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya berbagai bentuk ajaran agama. Karena itu’, bila kita tidak memiliki landasan iman yang kuat dan pengetahuan yang benar tentang ajaran kristen atau ajaran Alkitab, maka pikiran kita akan mudah tersesat. Dan kehidupan kita akan mudah juga disesatkan oleh para penyesat yang berada di berbagai situs media sosial. Oleh karena itu, sebagai orang percaya kita diajak untuk “Tetap Setia Di Jalan Tuhan Menghadapi Penyesat.”
Filipi adalah sebuah kota di Makedonia yang merupakan tempat perantauan orang-orang dari Roma. Di Kota Filipi Paulus dan Silas tinggal beberapa hari (Kisah Para Rasul 16:12) dan memberitakan Injil yang membuat seorang perempuan yang bernama Lidia dan keluarganya menjadi percaya serta mengusir roh jahat dari seorang perempuan petenung (Kisah Para Rasul 16:13-18). Di Kota Filipi ini Roh Kudus membuktikan bahwa Paulus dan Silas adalah utusan Allah, ketika mereka dilemparkan ke dalam penjara dan terjadi gempa bumi yang membuat sendi-sendi penjara goyah dan semua pintu terbuka, termasuk belenggu yang mengikat mereka terlepas, yang singkatnya, kepala penjara itu menjadi percaya dan dibaptis (Kisah Para Rasul 16:19-40).

Mengenai Surat Filipi, rasul Paulus nampaknya benar-benar memberi perhatian yang sangat besar terhadap ketahanan hidup iman jemaat dalam menghadapi para penyesat dan ajaran-ajaran sesat. Terutama perdebatan tentang apakah setiap orang yang baru menjadi pengikut Yesus Kristus harus menaati hukum taurat? Selain itu Paulus juga bercerita tentang pelbagai peristiwa yang dialaminya bersama dengan Silas selama mereka memberitakan Injil. Mereka ditangkap dan dipenjarakan oleh orang-orang Romawi, tetapi kuasa Yesus Kristus dalam Roh Kudus selalu membebaskan mereka. Karena itu, melalui suratnya kepada Jemaat Filipi Paulus mau mengingatkan bahwa kelak mereka juga akan mengalami penderitaan yang sama seperti Yesus Kristus atau seperti yang ia alami. Karena itu mereka harus teguh berdiri dalam iman kepada Yesus Kristus dan tidak digentarkan sedikit pun oleh lawan mereka (1:27-30).

Pasal 3:1b-16 adalah perikop yang menggambarkan keseriusan Paulus dalam menjaga persekutuan orang percaya di Filipi agar mereka tetap teguh pada pendirian iman mereka kepada Yesus Kristus. Paulus menasihatkan agar selalu “hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja jahat dan terhadap penyunat-penyunat yang palsu” (ayat 2). Anjing-anjing adalah kata simbolis yang mengartikan kerakusan dan keserakahan tanpa pertimbangan hati nurani; pekerja-pekerja jahat mengartikan orang-orang yang bekerja seolah-olah untuk sebuah kebenaran, padahal hanya untuk kepentingan demi keuntungan hidup sendiri; sedangkan penyunat-penyunat palsu adalah sindiran terhadap orang-orang yang memaksakan ajaran taurat tapi mereka sendiri tidak dapat melakukan apa yang mereka ajarkan. Sebab itu, Paulus dengan tegas mengatakan bahwa untuk hal-hal lahiriah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ajaran dan tradisi taurat ia adalah orang Farisi dan orang Yahudi (Israel) asli dari keturunan Benyamin (anak bungsu Yakub). Bahkan sebagai penganiaya jemaat kristen serta keteguhan menaati hukum taurat ia tidak bercacat. (ayat 4b-6, Roma 11:1b).

Untuk meneguhkan keyakinan Jemaat Filipi, rasul Paulus mencontohkan dirinya bahwa kemegahan, ketenaran dan kebanggaannya sebagai orang disegani di kalangan orang Yahudi ternyata tidak dapat membawa dirinya pada kepuasan hidup ketika dia masuk dalam pengenalan akan Yesus Kristus. Justru pengenalan akan Yesus Kristus telah mengantar Paulus pada keyakinan bahwa memiliki Yesus Kristus adalah yang paling mulia dari pada segala sesuatu. Dan berada dalam Yesus Kristus bukan suatu kebenaran karena melakukan hukum taurat, melainkan kebenaran yang dianugerahkan Allah karena kepercayaan kepada Yesus Kristus. Karena itu segala sesuatu yang dimilikinya di luar Yesus Kristus dianggapnya tidak berguna bahkan dianggapnya sebagai sampah (ayat 7-9).

Selanjutnya yang lebih penting dari pengenalan akan Yesus Kristus adalah keyakinannya atas kuasa kebangkitan dan persekutuan dalam penderitaan-Nya serta serupa dalam kematian-Nya yang kemudian akan mengantar Paulus pada perolehan kebangkitannya dari antara orang mati (ayat 10-11). Untuk maksud inilah ia pernah mengatakan bahwa “bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (pasal 1:21).

Pada bagian akhir dari perikop ini, Paulus seolah-olah mengingat kembali tentang peristiwa ketika ia dipanggil oleh Yesus Kristus di jalan menuju ke Damsyik (Kisah Para Rasul 9:1-19a). Sejak waktu itu Paulus benar-benar menjalani hidup untuk Yesus Kristus dan melupakan apa yang pernah ia lakukan terhadap umat Tuhan dan mengabdikan hidup bagi Yesus Kristus untuk mendapatkan hadiah sorgawi. Oleh karena itu Paulus menasihatkan Jemaat Filipi bahwa sebagai orang kristen yang sudah matang atau dewasa dalam iman, yang diistilahkannya dengan kata “sempurna” berpikir, untuk teguh dalam iman dan mengejar hadiah panggilan sorgawi dari Allah dalam Yesus Kristus (ayat 12-16).
(Vence Caroles)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *