SUARAMANADO.COM – Musyawarah Daerah (Musda) XI Partai Golkar (PG) Sulawesi Utara (Sulut) semakin dekat, tiga kader terbaik bersaing ketat merebut kursi ketua.
Mereka adalah Christiany Eugenia Paruntu (CEP), Tonny Hendrik Lasut (THL), dan Christian Pua (ETO).
Tiga calon ketua Golkar Sulut itu kini menjadi sorotan, dari latar belakang hingga jiwa kepemimpinan memajukan partai menjadi catatan penting.
Ketiga tokoh ini menurut Dr. Elly Regar, punya kelebihan dan keunggulannya masing-masing.
Pertama, Christiany Eugenia Paruntu (CEP):
Menurut Dr. Elly Regar, CEP relatif cukup lama pegang kendali (pimpin) Golkar Sulut. Tapi kalau soal Prestasi, menurut Dr. Elly Regar, tidak ada yang bisa dibanggakan dari CEP, karena hasil selama dua periode nol besar.
“Maaf, belum bisa dibanggakan, karena capaian “Hasil Kerja Tidak Optimal”, perolehan kursi legislatif cenderung menurun, rekrutmen dan hasil-hasil Pilkada kandas,” kata Dr. Elly Regar, Anggota Dewan Pertimbangan Partai Golkar yang juga sebagai Koordinator Forum Senior KNPI Sulut.
Dia pun menyatakan, sesuai fakta, selama ini tidak ada satupun Calon Murni Partai Golkar yang boleh menduduki (meraih) Kursi Kepala Daerah dan Ketua DPRD di Sulut.
“Teridentifikasi: proses rekrutmen relatif tertutup dan terbatas (sumber/asal kader unggulan hanya pada Kelompok dan Keluarga sendiri). Terkesan Pemimpin/Pimpinan tidak ada ‘itikad dan inisiatif’ positif, dan terbuka membangun komunikasi dan relasi ke lapisan/jajaran Golkar Sulut yang sesungguhnya secara umum ‘kader’nya masih cukup banyak yang potensial direkomendasikan layak ikut ‘berkompetisi/bersaing’,” ujarnya.
Dr. Elly Regar juga menilai, selama ini CEP tidak punya kemampuan membangun komunikasi dengan sejumlah Senior Golkar Sulut.
Ia menerangkan, tidak ada sama sekali Senior Golkar diajak kumpul bersama, kendati pihak terkait mengharapkan ‘rangkulan’ Potensi itu.
“Teralami, dalam perjuangan, yang diutamakan keberhasilan untuk pribadi, bukan untuk kebesaran dan kebanggaan PARTAI. Fokus penggalangan dukungan sepertinya hanya “Jajaran Keluarga” dan kelompok ‘bayaran’ tertentu,” terangnya.
Kalau soal finansial, Dr. Elly mengakui CEP, bagi dia itu ‘relatif’ mendukung, tapi bukan satu-satunya penentu sukses.
“Jadi walaupun sudah berjuang dan ‘berkorban,’ tetapi hasilnya hanya seadanya,” ucapnya.
Ke dua, Tonny Hendrik Lasut (THL):
Untuk THL, Dr. Elly Regar menyampaikan, sosok pria yang mudah bergaul itu sudah cukup lama melengkapi ‘kekuatan’ Golkar Sulut.
Dia mengatakan, THL memiliki pengalaman yang cukup kuat dan mengakar, walaupun keluasan komunikasi masih perlu dimantapkan.
“Relasi dan ‘kekuatan’ lainnya (materi dan wawasan) dianggap memadai walaupun masih perlu, dan harus ‘dialami’ kelengkapannya dalam mendukung ‘kelancaran’ gerak Organisasi,” katanya.
Namun yang paling penting menurunya adalah, “Motivasi Memimpin” muncul dan terpanggil positif.
Karena hal itu dapat membangun dan ‘mengondisikan’ keterbukaan luas antar sesama kader dan simpatisan,
“Berjiwa besar menerima ‘masukan’ korektif untuk kepentingan dan kemajuan serta kebanggaan Partai; dan yang terpenting ada dan tetap kuat keyakinan bahwa dalam memimpin pasti ada yang ‘diandalkan’ menentukan,” jelasnya.
Ke tiga, Christian Pua (ETO’):
Disampaikan Dr. Elly Regar, selama waktu tertentu, Etto, sapaan akrab Cristian Pua, cukup aktif dan relatif banyak menginspirasi ‘perjalanan’ Golkar Sulut.
Namun, dari catatannya, keterlibatan langsung Cristian Pua di Partai Golkar Sulut, terbatas karena memang dia berdomisili di luar Sulut (di Jakarta).
Meski orientasi ‘kedaerahan’ kuat, tapi kualitas kepemimpinan masih harus tetap ‘diuji’.
Relasi ‘pertemanan’ relatif terbangun baik. Kemampuan pendukung (Wawasan KeGolkaran dan Finansial) juga relatif memadai.
“Pengenalan ke Pimpinan Partai Golkar di daerah-daerah di Sulut, tentu tidak ‘sedekat’ Ibu CEP dan Pak THL,” pungkasnya.
Dari pandangan berdasarkan fakta-fakta yang ada, Dr. Elly Regar berharap, Musda Partai Golkar bisa melahirkan pemimpin yang berkualitas.
“Mereka itulah yang jadi ‘Pemberi Gambaran’ kualitas (arah dan kecenderungan) dukungan. Para Kandidat tentu harus cermat merenungkan gambaran itu,” tutupnya.