SUARAMANADO, Washington DC : Menjelang agenda perjalanan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kembali ke Timur Tengah, Jumat (3/11) di tengah perang Israel-Hamas, para pakar mengamati apakah ia juga akan mengunjungi Turki. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Hamas sebagai “kelompok pembebasan” dan mengutuk Israel, sikap yang bertentangan dengan sikap AS.
Di tengah berlanjutnya perang antara Israel dan kelompok militan Hamas, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dijadwalkan kembali ke Israel pada hari Jumat (3/11). Blinken sendiri sudah dua kali mengunjungi Israel sebelumnya, sejak pembantaian warga sipil Israel oleh militan Hamas pada 7 Oktober.
Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, Rabu (1/11) menjawab pertanyaan wartawan tentang tujuan utama kunjungan Blinken kali ini.
“Menteri Blinken akan pergi ke Israel dan Yordania hari Jumat. Ia akan menemui Perdana Menteri Netanyahu dan pejabat pemerintah Israel lainnya untuk menerima informasi terbaru tentang tujuan militer dan rencana mereka untuk mencapai tujuan tersebut. Ia akan menekankan kembali dukungan AS akan hak Israel untuk membela diri sesuai hukum humaniter internasional dan membahas perlunya melakukan semua tindakan pencegahan untuk meminimalisasi korban warga sipil dan upaya kami untuk memberikan bantuan kemanusiaan,” jelasnya.
Saat ditanya apakah Blinken juga akan mengunjungi Turki, Miller mengatakan bahwa baru Israel dan Yordania yang sudah dipastikan akan dikunjungi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan negara-negara lain di Timur Tengah telah mengutuk Israel atas serangannya ke Gaza.
Erdogan berbicara dalam aksi unjuk rasa pro-Palestina besar-besaran di Istanbul hari Sabtu (28/10), di mana ia menyebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu teroris, sedangkan kelompok militan Hamas bukan.
Amerika Serikat dan beberapa negara Barat telah menggolongkan Hamas sebagai kelompok teroris. Kolonel Purnawirawan Angkatan Darat AS Rich Outzen dari Atlantic Council mengatakan kepada VOA, pemerintahan Biden telah berhati-hati agar tidak memprovokasi Turki, yang merupakan sekutu strategis Amerika di NATO, meski juga tidak ingin merangkul Erdogan.
“Ada keengganan untuk tidak dikaitkan dengan Erdogan dan timnya. Jadi foto-foto pertemuan tingkat tinggi di antara kedua negara, atau ini, lho, kunjungan tingkat menteri – jika Menteri Blinken ke sana – atau sambungan telepon kepresidenan. Jadi ini semua adalah hal-hal yang sudah dilakukan dengan sangat hati-hati oleh pemerintahan Biden,” jelasnya.
Dunia internasional semakin khawatir akan korban warga sipil Palestina. Outzen mengatakan, Blinken akan melakukan apa yang secara historis telah dilakukan Amerika saat menghadapi situasi serupa pada masa lalu, yaitu mendukung Israel, namun mendesaknya untuk menyudahi operasi keamanan di Gaza sesegera mungkin untuk meminimalkan kematian warga sipil.
“Jadi saya rasa tujuan utama Blinken di kawasan adalah untuk memastikan bahwa semua orang siap mengambil tindakan pencegahan diplomatik dan, jika perlu, militer untuk mencegah Hizbullah Lebanon, Suriah atau aktor lainnya, Iran secara langsung, pasukan di Yaman, Houthi yang sejalan dengan Iran agar tidak mengeskalasi ini menjadi sebuah konflik kawasan,” imbuhnya.
Menteri luar negeri Iran mengunjungi menteri luar negeri Turki di Ankara hari Rabu (1/11). Keduanya mengaku khawatir akan potensi meluasnya perang Israel-Hamas ke Suriah dan Timur Tengah. Turki mendorong gencatan senjata segera, yang ditolak oleh Israel.
Sumber : voaindonesia.com