Bilateral Meeting dengan Tiga Negara, Menko Luhut Bahas Isu Lingkungan

SUARAMANADO, Bali : Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan melaksanakan sejumlah  bilateral meeting dengan beberapa negara saat kunjungan kerja di Bali pada Selasa (30-08-2022). Pertemuan pertama diawali dengan Menteri Lingkungan Hidup Brazil, dilanjutkan dengan Menteri Lingkungan Hidup Jepang, dan ditutup dengan bilateral meeting bersama Menteri Lingkungan Hidup Uni Emirat Arab (UAE).

Indonesia – Brazil

Menko Luhut melaksanakan pertemuan dengan Menteri Lingkungan Hidup Brazil, Joaquin Alvaro Pereira Leite, membahas peningkatan kerja sama hutan tropis dan aksi untuk perubahan iklim. Menteri Lingkungan Hidup Republik Demokratik Kongo (DRC) yang turut diundang berhalangan hadir pada kesempatan tersebut. Pertemuan tersebut bertujuan untuk menjajaki peluang kolaborasi antar 3 negara pemilik hutan tropis terbesar di dunia (Indonesia – Brazil – Congo (DRC)), guna meningkatkan kontribusi dalam mencapai target perubahan iklim global serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pertemuan ini didampingi oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong dan Deputi Bidang Koordinasi Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti.

Pada pertemuan tersebut Menko Luhut menyampaikan bahwa kolaborasi ini dapat memberikan pesan kuat bahwa negara berkembang memiliki peran vital dalam aksi perubahan iklim.

“Kolaborasi (antara 3 negara) ini dapat memberikan pesan kuat kepada negara-negara maju bahwa negara berkembang juga memiliki peran vital dalam aksi perubahan iklim,” pungkas Menko Luhut.

Lebih lanjut, Menteri Leite menyampaikan bahwa Brazil baru saja menetapkan regulasi tentang pengaturan pasar karbon yang menetapkan bahwa sektor harus berkomitmen mencapai zero carbon neutrality pada tahun 2050.

“Brazil dan Indonesia harus bergerak maju bersama untuk membantu agar usaha global sejalan dengan tujuan dan realitas masing-masing negara yang kemudian dapat ditransfer menjadi keuntungan bagi negara-negara hutan tropis”, kata Menteri Leite.

Pertemuan tersebut berhasil mengidentifikasi bersama potensi area kerja sama di bidang lingkungan hidup, kehutanan, dan perubahan iklim yang antara lain adalah pemanfaatan nilai ekonomi karbon dari hutan tropis yang di antaranya melalui perdagangan, registrasi, dan penghitungan jejak karbon; pengelolaan, perlindungan, dan pemanfaatan hutan tropis dan lahan basah (mangrove dan gambut), termasuk pengelolaan hasil hutan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan; serta pengeloaan sampah, termasuk kredit sampah plastik.

Secara konkret, pada tahap awal akan dilakukan pertemuan lanjutan antara Indonesia – Brazil dan Republik Demokratik Kongo bulan September 2022, selanjutnya akan dilakukan penjajakan penandatanganan Nota Kesepahaman yang pelaksanaannya bersamaan dengan pertamuan lanjutan tersebut. Kerja sama ini kemudian berpotensi diperluas bersama negara pemilik hutan tropis lainnya.

Pengeloaan hutan tropis dan aksi perubahan iklim pada ketiga negara tersebut memiliki progres yang signifikan, baik di level kebijakan, tata kelola maupun implementasi di tingkat tapak. Namun, masih memiliki tantangan bersama untuk mendapatkan manfaat optimal untuk masyarakat. Penguatan kerja sama antara tiga negara dapat meningkatkan kontribusi bersama mencapai target perubahan iklim global sambil memastikan manfaat hutan tropis untuk kesejahteraan masyarakat.

Indonesia – Jepang

Pertemuan selanjutnya yakni antara Menko Luhut bersama Minister of the Environment Japan (MoEJ) Nishimura Akihiro. Pada pertemuan ini, telah disepakati beberapa topik yang dikemas dalam Paket Kerja Sama Lingkungan yang komprehensif. Isu pertama yang disepakati yakni terkait pengelolaan sampah dan sampah plastik laut yang berkelanjutan, yaitu memfasilitasi upaya pengelolaan sampah terpadu melalui pendekatan ekonomi sirkular dan teknologi; mempercepat investasi swasta dalam proyek pengelolaan sampah; memfasilitasi kerja sama antarinstitusi; memperkuat kerja sama pemantauan sampah laut; memfasilitasi gerakan bersih-bersih; kolaborasi dalam forum multilateral; dan sosialisasi praktik baik terkait pengelolaan sampah plastik dalam forum Regional Knowledge Centre for Marine Plastic Debris (RKC-MPD) of Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA).

Selanjutnya, isu kedua yang disepakati yakni terkait Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan. Poin-poin di dalamnya meliputi: perkuatan kerja sama dan kegiatan pengelolaan, restorasi, dan konservasi mangrove; melaksanakan pilot project plastik laut terapung dan hanyut di salah satu dari sembilan provinsi prioritas rehabilitasi mangrove; mempromosikan penggunaan informasi tentang teknologi untuk konservasi dan restorasi mangrove melalui lokakarya dan memanfaatkan kerja sama teknis JICA; melakukan penelitian bersama tentang ekosistem karbon biru; transfer knowledge; berbagi praktik baik pengelolaan mangrove; melaksanakan berbagai pelatihan; dan pelibatan sektor swasta dalam konservasi dan restorasi mangrove.

Dalam pertemuan tersebut, Menko Luhut didampingi Deputi Bidang Koordinasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nani Hendiarti, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Jodi Mahardi, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan  (KLHK) Rosa Vivien, dan sejumlah pejabat terkait.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Nani mengatakan bahwa Paket Kerja Sama Lingkungan yang komprehensif ini merupakan upaya mendukung ekosistem dan lingkungan yang lebih bersih dan sehat di Indonesia.

“Dengan adanya kerja sama lintas negara seperti ini, kami berharap upaya terkait pengelolaan sampah dan pengelolaan mangrove di Indonesia berjalan lebih maksimal,” tuturnya.

Sumber : maritim.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *