Biden Hadapi Tantangan Seimbangkan Sikap dalam Perang Israel-Hamas

SUARAMANADO, Washington DC : Sementara invasi darat Israel ke Gaza semakin dekat, Presiden Amerika Joe Biden menghadapi tantangannya sendiri. Bagaimana ia menyeimbangkan sikap antara mendukung Israel, sekutu terdekat Amerika di Timur Tengah, dan memenuhi tuntutan internasional untuk memberi perlindungan yang lebih kuat bagi warga sipil di Gaza dan meminta Israel mengendalikan diri guna menghindari perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Sementara serangan udara di Gaza berlanjut, Presiden Joe Biden mendesak Israel untuk mempertimbangkan konsekuensi dari apa yang disebut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai “balas dendam yang besar” terhadap Hamas.

“Pak Presiden, apakah Anda mendorong Israel untuk menunda invasi?”

Presiden Joe Biden menjawab, “Saya akan berbicara dengan Israel.”

Menjawab pertanyaan wartawan apakah ia akan mendesak Israel untuk menunda invasi, Biden mengatakan ia akan berbicara dengan Israel. Itu antara lain upaya Biden untuk memberi lebih banyak waktu guna menjamin pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan bagi warga sipil, mengungsikan ratusan warga Amerika Palestina yang terjebak di Gaza, dan menegosiasikan pembebasan sandera.

Empat sandera, termasuk dua warga Amerika, telah dibebaskan dari lebih 200 orang yang menurut pejabat-pejabat Israel diculik Hamas dalam serangan terkoordinasi di wilayah Israel pada 7 Oktober. Serangan itu menewaskan sedikitnya 1.400 orang.

Di Markas PBB, Selasa, dalam sidang khusus Dewan Keamanan (DK), Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan, “Serangan Hamas tidak terjadi begitu saja. Rakyat Palestina telah menjadi sasaran pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun.”

Pernyataan Guterres itu memicu kritik dari duta besar Israel untuk PBB Gilad Erdan. “PBB telah gagal, dan Anda, Pak Sekjen telah kehilangan moralitas dan netralitas.”

Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken juga berada di DK hari itu. Ia memperingatkan Iran agar tidak memperluas perang selagi Israel bersiap menghadapi lebih banyak serangan dari kelompok yang didukung Iran, seperti Hizbullah di Lebanon. Serangan itu kemungkinan akan meningkat begitu Israel memulai invasi daratnya.

Blinken menyampaikan pembelaan yang kuat atas tindakan militer Israel. Tetapi, sejauh ini ia dengan keras mendesak pemerintah Israel agar “tidak membahayakan warga sipil.”

“Ini berarti makanan, air, obat-obatan dan bantuan kemanusiaan penting lainnya harus dapat dialirkan ke Gaza dan kepada orang-orang yang membutuhkannya,” kata Blinken.

Gedung Putih mengklarifikasi bahwa “jeda kemanusiaan” yang diimbau Blinken tidak sama dengan gencatan senjata, yang dinilai juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby hanya akan menguntungkan Hamas saat ini.

“Ini adalah perang. Ini pertempuran. Ini pertumpahan darah. Ini buruk. Dan ini akan kacau, dan kemudian warga sipil yang tidak bersalah akan dirugikan,” ujar Kirby.

Sejak 7 Oktober, serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 5.000 orang di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan yang dikuasai Hamas. Serangan juga membuat lebih dari satu juta orang Palestina mengungsi.

Sumber : voaindonesia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *