SUARAMANADO, JAKARTA: Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menuturkan sebagai mahluk sosial yang tidak terlepas dari ketergantungan untuk hidup berdampingan, kebersamaan adalah sebuah keniscayaan. Dalam konteks kehidupan keagamaan, bulan Ramadhan adalah bulan kemuliaan, di mana momen-momen kebersamaan, dapat mendatangkan nilai ibadah dan keberkahan. Salah satu momen kebersamaan yang dapat mendatangkan keberkahan adalah hubungan silaturahmi.
“Mari jadikan bulan Ramadhan sebagai momentum kebersamaan untuk mempererat tali silaturahmi. Silaturahmi adalah sarana untuk menyatukan yang terpisah, menyambung yang terputus, dan mempererat yang telah terjalin. Terlebih, hampir selama dua tahun Pandemi Covid-19 membuat kita sukar untuk bersilaturahmi secara langsung,” ujar Bamsoet saat memberikan sambutan pada acara buka puasa bersama Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Alumni Universitas Jayabaya secara virtual di Jakarta, Rabu (20/4/22).
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini bersyukur berbagai langkah dan kebijakan dalam penanggulangan pandemi Covid-19, saat ini telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Ini dapat dilihat dan dirasakan dari beberapa indikator. Antara lain meningkatnya angka kesembuhan dan menurunnya angka kematian pasien Covid-19, angka positivity rate yang terus menurun, hingga peningkatan kadar antibodi masyarakat yang naik hingga 99,2 persen.
“Dari berbagai perspektif, pandemi Covid-19 tentunya menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua. Dari aspek ekonomi, pandemi mengajarkan agar kita tidak terlalu bergantung pada satu sektor pertumbuhan, misalnya hanya pada sektor pariwisata. Literasi teknologi serta kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi, khususnya pada sektor UMKM, juga penting dijadikan sebagai sandaran, untuk memperkuat perekonomian nasional,” kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menambahkan, dari aspek kesehatan, pandemi mengajarkan pentingnya membangun kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan, serta mengurangi ketergantungan impor. Seiring perkembangan zaman, di mana persaingan global terasa semakin kompetitif, ‘tradisi’ impor tentunya bukan sebuah pilihan bijak, apalagi untuk produk-produk yang sejatinya dapat dikelola oleh industri dalam negeri.
“Dari aspek kehidupan sosial, kita juga belajar pentingnya membangun semangat kebersamaan dan sinergi sosial. Kita patut bersyukur, bahwa di tengah kompleksitas dampak pandemi yang bersifat multi dimensional, tingkat kepedulian sosial masyarakat masih tinggi, dan semangat gotong royong masih menjadi spirit kehidupan kebangsaan kita. Bahkan menurut World Giving Index 2021, bangsa Indonesia dinobatkan sebagai bangsa paling dermawan di dunia,” pungkas Bamsoet. (*)