AS-Indonesia Siap Integrasikan Latihan Militer Bersama, Terutama di Laut China Selatan

SUARAMANADO, Jakarta : Panglima Komando Amerika di Indo-Pasifik Laksamana John C. Aquilino dan Panglima TNI Jendral Andika Perkasa, Senin (21/3) menegaskan urgensi mengintegrasikan latihan militer bersama yang selama ini sudah dilakukannya. Keduanya menyebut keberhasilan latihan gabungan “Garuda Shield” pada Agustus 2021 sebagai indikator pentingnya integrasi kerjasama latihan militer ini. “Garuda Shield” yang berlangsung di beberapa bagian Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan selama dua minggu dan melibatkan sedikitnya 4.500 tentara dari kedua negara disebut-sebut sebagai latihan terbesar yang dilakukan kedua negara.

“Garuda Shield ini latihan Angkatan Darat Indonesia dan Angkatan Darat Amerika, ada pula latihan antar angkatan udara seperti Albatros dan Rajawali, juga latihan antar angkatan laut. Kita berencana membuat satu latihan, bukan meniadakan latihan per angkatan, tapi ingin membuat latihan yang lebih terintegrasi sehingga kami merasakan nuansa gabungan dari perencanaan hingga pelaksanaan,” jelas Andika Perkasa.

Selama bertahun-tahun Indonesia telah melangsungkan latihan bersama dengan Amerika, antara lain Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) antara TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Amerika, Bomber Exercise antara TNI Angkatan Utara dan Angkatan Laut Amerika, dan Garuda Shield yang melibatkan Angkatan Darat kedua negara.

Aquilino kembali menegaskan tujuan keberadaan Komando Indo-Pasifik. “AS sudah beroperasi di negara-negara Pasifik sejak lama dan akan melanjutkannya sesuai yang diatur dalam hukum internasional. Kami melakukannya dengan banyak mitra, salah satu diantaranya Indonesia. Latihan yang kami lakukan bersama dirancang untuk memastikan agar tujuan latihan kedua negara tercapai… Apapun yang kami lakukan bertujuan untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas di kawasan ini,” jelasnya.

AS Dukung Penegakan Aturan Internasional di Laut China Selatan

Sebelumnya dalam wawancara dengan Associated Press, Panglima Komando Amerika di Indo-Pasifik Laksamana John C. Aquilino mengatakan China telah mempersenjatai setidaknya tiga dari beberapa pulau yang dibangunnya di Laut China Selatan dengan sistem rudal anti-kapal dan anti-pesawat, peralatan laser dan jamming, serta menempatkan beberapa pesawat jet tempur; sebuah langkah agresif di kawasan yang masih disengketakan itu. Ditambahkannya, tindakan ini sangat bertolakbelakang dengan jaminan yang diberikan Presiden Xi Jinping sebelumnya bahwa Beijing tidak akan mengubah pulau buatan di perairan itu menjadi pangkalan militer.

Menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta terkait situasi terbaru di Laut China Selatan ini, Aquilino menegaskan, “Kemakmuran di kawasan ini selama 80 tahun terakhir didasarkan pada akses yang bebas dan terbuka pada sumber daya sesuai aturan dan ketertiban hukum internasional. Kami mendukung penerapan aturan hukum internasional ini untuk keamanan, stabilitas dan perdamaian, serta kemakmuran semua negara. Satu hal yang kami lakukan bersama adalah beroperasi sesuai aturan hukum internasional guna melestarikan perdamaian dan stabilitas.”

Jendral Andika menegaskan operasi untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia dan menjaga keamanan di Laut Natuna Utara, yang terletak di dekat Laut China Selatan yang dipersengketakan, akan terus dilakukan – dengan atau tanpa bantuan negara lain.

“Operasi ke arah Laut Natuna Utara senantiasa dilakukan, di luar latihan dan kemitraan dengan negara lain, kita senantiasa melakukan patroli udara dan laut dengan anggaran dari TNI. Sebetulnya dalam hal berusaha menjaga keamanan di wilayah kita yang merupakan hak dan kedaulatan kita sudah berlangsung lama. Kemitraan dengan AS ini kita manfaatkan untuk berbagi informasi dan mengevaluasi operasi kami di kawasan itu,” lanjutnya.

Soal Rencana Pembelian F15, AS : Kami Tunggu Indonesia

Menjawab pertanyaan soal perkembangan rencana penjualan 36 pesawat jet tempur F15EX dan peralatan militer ke Indonesia bernilai 13,9 miliar dolar atau sekitar 200,8 triliun rupiah, Aquilino menjawab belum memiliki kepastian soal kapan proses penjualan ini akan dilakukan.

“Saya cukup beruntung sempat bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia tadi (Senin 21 Maret) dan bersama Jenderal Andika, kami bekerja dengan pejabat-pejabat Indonesia untuk menentukan. Soal F-15 ini merupakan pilihan Indonesia. Kami menunggu Indonesia. Militer kita memiliki sistem yang sama sehingga dapat dioperasikan dengan sangat luwes. Ini merupakan keputusan Indonesia, dan kami gembira dapat mendukung (apapun) keputusan tersebut,” jelasnya.

Sumber : voaindonesia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *