70 Musisi Negara Anggota G20 Tampil Memukau dalam Orkestra G20 di Borobudur

SUARAMANADO, Magelang : Sebanyak 70 musisi muda dunia dari 20 negara anggota G20 tampil memukau dalam Orkestra G20 (G20 Orchestra) di area Aksobya, halaman Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Senin malam (12-9-2022). Yang membanggakan, Orkestra G20 merupakan tim orkestra yang pertama kali dibentuk dalam sejarah G20, tepatnya saat Indonesia memegang presidensi G20 di tahun 2022 ini. Penampilan Orkestra G20 dipimpin oleh konduktor wanita dari Indonesia, Eunice Tong, dengan musisi Ananda Sukarlan sebagai Artistic Director.

Pertunjukan Orkestra G20 diawali dengan membawakan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Selanjutnya, pertunjukan yang berlangsung selama 1,5 jam tersebut dibagi menjadi empat segmen. Pertama, Orkestra G20 menampilkan karya Ananda Sukarlan berjudul “The Voyage to Marege”, berkolaborasi dengan dua musisi dari suku Aborigin, Australia. The Voyage to Marege menceritakan tentang hubungan dagang, agama, akulturasi budaya dan bahasa antara masyarakat Makassar dengan suku Aborigin.

Pada segmen kedua, Orkestra G20 menampilkan karya Sir Michael Tippett dari Inggris, berjudul “A Child of Our Time”. Di segmen kedua ini tampil empat solois muda dari Indonesia yang masing-masing menyanyikan lagu berjudul Man Has Measured the Heavens, I Have No Money for My Bread, How Can I Cherish My Man, dan Steal Away. Keempat solois muda Indonesia tersebut adalah Mariska Setiawan, Pepita Salim, Nick Lukas, dan Kadek Ari Ananda.

Di segmen ketiga, Orkestra G20 menampilkan karya Sergei Prokofiev dari Rusia, yaitu “Piano Concerto No. 4 in B-Flat Major for The Left Hand, op. 53”. Di segmen ini tampil musisi muda Indonesia, Calvin Abdiel Tambunan, sebagai solois piano yang memainkan piano hanya dengan satu tangan kiri dan mampu tampil memukai diiringi Orkestra G20.

Sebagai penutup, di segmen keempat Orkestra G20 menampilkan lima lagu dari negara-negara anggota G20 yang dinyanyikan oleh para solois. Kelima lagu tersebut yakni The Cat Duet karya Gioacchino Rossini (Italia), Tango “Por Una Cabeza” karya Carlos Gardel (Argentina), Barcarolle From The Tales of Hoffmann karya Jacques Offenbach dari Jerman/Prancis, Messun Dorma karya Giacomo Puccini (Italia), dan Make Our Garden Grow karya Leonard Bernstein dari Amerika Serikat.

Penampilan Orkestra G20 mendapat sambutan hangat dan standing applause dari para delegasi G20 Culture Ministers Meeting dan tamu/undangan yang hadir. Di akhir pertunjukan, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menyerahkan baton konduktor kepada Menteri Kebudayaan India, Shri Arjun Ram Meghwal, sebagai simbolis serah-terima untuk meneruskan Orkestra G20 pada kepemimpinan India dalam presidensi G20 tahun 2023.

Dalam sambutannya sebelum pertunjukan Orkestra G20 dimulai, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengatakan, penampilan  Orkestra G20 menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi dalam budaya adalah sesuatu yang sangat dapat dicapai oleh negara-negara anggota G20. “Orkestra G20 terdiri atas 70 orang musisi dari negara G20, berhasil mengilustrasikan harmonisasi dalam kerja sama antarnegara dan menghasilkan sebuah simfoni yang merdu, yang mengartikan kolaborasi budaya adalah sesuatu hal yang tidak mustahil dilakukan,” ujarnya.

Orkestra G20 ini memiliki sejumlah keunikan, salah satunya adalah kesetaraan gender, di mana komposisi musisinya sama rata antara musisi perempuan dan musisi laki-laki. Keunikan lainnya adalah bahwa musisi Orkestra G20 merupakan para musisi muda berbakat yang berusia di bawah 30 tahun. Mendikbudristek menuturkan, hal ini merupakan sebuah bentuk pelaksanaan semangat kebaruan dan keberlanjutan dalam bidang seni budaya.

Direktur Artistik (Artistic Director) Orkestra G20, Ananda Sukarlanmengapresiasi para pihak yang telah terlibat dalam pergelaran ini dan menyebutnya sebagai salah satu pertunjukan orkestra teristimewa di dunia. “Ini adalah orkes dengan diversitas yang paling besar di dunia terdiri atas musisi dari negara-negara anggota G20 dengan berbagai latar belakang budaya. Keberagaman adalah isu yang paling penting, namun (dalam Orkestra G20) kita semua menjadi seragam dalam satu orkestra yang utuh, karena keseragaman kita adalah keberagaman,” tuturnya.

Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, pembentukan Orkestra G20 dalam Presidensi G20 Indonesia merupakan salah satu arahan dari Presiden Joko Widodo.  “Presiden ingin memberi warna kepada pertemuan G20 agar tidak hanya tentang pembicaraan formal. Kemudian kita mencoba melihat kira-kira apa yang bisa dilakukan bersama-sama. Di situlah kemudian muncul ide untuk membentuk orkestra,” ujar Hilmar saat acara temu media di Yogyakarta, pada Minggu (11-9-2022).

Hlmar melanjutkan, setelah disepakati untuk membentuk Orkestra G20, Kemendikbudristek kemudian menghubungi Ananda Sukarlan, pianis dan komposer Indonesia kelas dunia yang memiliki pengalaman mengelola kegiatan internasional. Ananda Sukarlan lalu menyambut baik gagasan ini dan dalam waktu yang cukup singkat, Orkestra G20 berhasil dibentuk dengan melakukan seleksi dan audisi untuk para musisi muda dari negara-negara G20.

Hilmar menuturkan, proses rekrutmen musisi untuk Orkestra G20 dilakukan dengan beberapa jalur, antara lain melalui jaringan yang dimiliki Ananda Sukarlan dan dengan melakukan komunikasi melalui kedutaan besar negara-negara anggota G20 untuk mengusulkan musisi mereka. Kemudian tim Kemendikbudristek bersama Ananda Sukarlan melakukan seleksi untuk melihat kualitas dan keterampilan bermusik mereka. Peserta seleksi mengirimkan video yang memperlihatkan tingkat keterampilan mereka memainkan instrumen musik masing-masing.

“Saya salut karena mereka bisa mempersiapkan ini dalam waktu singkat. Pertama-tama mereka latihan jarak jauh dari negara masing-masing. Dari sini kita juga memperlihatkan bahwa kemajuan teknologi sekarang ini luar biasa, sudah memungkinkan orang melakukan koordinasi untuk hal-hal yang rumit seperti orkestra,” tutur Hilmar.

Sumber : kemendikbud.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *