Peringati Hari Kartini 2025, Wamen PPPA : Kesetaraan Gender Harus Dimulai dari Rumah

SUARAMANADO, Jakarta: Dalam momentum peringatan Hari Kartini, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk terus bergerak maju, berproses, serta berani bermimpi dan memiliki cita-cita. Wamen PPPA menegaskan bahwa setiap perempuan memiliki hak atas dirinya dan potensi luar biasa yang kerap tidak disadari. Hal ini, menurut Wamen PPPA, bisa dimulai dari mengajarkan kesetaraan gender di rumah.

​               “Perempuan itu mampu luar biasa, hanya saja kadang tidak percaya diri atau tidak menyadari potensinya. Perjuangan RA.Kartini masih relevan hingga kini dan perlu diteruskan salah satunya melalui pendidikan kesetaraan gender sejak dini di lingkungan keluarga. Kesetaraan gender harus dimulai dari rumah. Anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, harus mendapatkan perlakuan dan pendidikan yang sama. Sejak kecil, anak perempuan harus diajarkan untuk punya mimpi dan cita-cita, sama seperti anak laki-laki,” tegas Wamen PPPA saat menyampaikan sambutan dalam acara Inspirasi Kartini : ‘Perempuan Cerdas, Berdaya, dan Berintegritas menuju Indonesia Emas’ yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di Jakarta, Selasa (22/4).
​               Peringatan Hari Kartini menurut Wamen PPPA juga menjadi momen penting untuk kembali menegaskan komitmen bersama dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan sebagai pilar penting dalam pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas.
​               Sementara itu, Ketua Dewan Audit dan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sophia Wattimena menuturkan bahwa keterlibatan perempuan dalam pembangunan sangat penting untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam aspek pendidikan dan ekonomi.
​               “Data berbagai survei menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang mengenyam pendidikan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki. Keterbatasan akses pendidikan khususnya bagi perempuan berdampak langsung pada kesempatan kerja dan tingkat pendapatan yang lebih rendah,” ungkap Sophia Wattimena.
Sophia Wattimena juga menyoroti permasalahan finansial dalam rumah tangga yang seringnya berdampak pada perempuan.
​               “Sebanyak 32% pinjaman daring digunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga, padahal bunga pinjaman cukup tinggi. Hal ini berisiko membuat perempuan terjerat hutang, yang pada akhirnya dapat mengganggu fokus mereka dalam mengembangkan diri, anak, dan keluarganya,” tambah Sophia Wattimena.

​               Sophia Wattimena juga mengungkapkan bahwa tidak sedikit perempuan yang terlibat dalam pinjaman daring, yang pada akhirnya menjadi tantangan tersendiri yang perlu mendapatkan perhatian. Sophia menekankan pentingnya peningkatan literasi keuangan bagi perempuan, yang harus dilakukan secara kolaboratif oleh berbagai pemangku kepentingan terkait.

Sumber: kemenpppa.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *