SUARAMANADO, Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menekankan pentingnya membangun budaya tangguh sebagai fondasi menghadapi risiko bencana yang semakin kompleks dan tidak mengenal batas negara. Menurutnya, pengalaman panjang Indonesia dalam menghadapi bencana alam harus menjadi modal besar untuk mendorong kolaborasi dan inovasi global.
Hal itu disampaikan saat membuka agenda Adexco 2025, yang diselenggarakan di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, pada Rabu (10/9/2025).
“Di sini kita berkumpul untuk bersama-sama memikirkan bagaimana dunia yang lebih aman ke depan, membangun solusi yang inovatif, menciptakan teknologi yang revolusioner, dan memecahkan tantangan umat manusia yang bukan semakin ringan, tetapi semakin berat. Indonesia adalah bangsa yang ditempa oleh berbagai macam bencana,” ujar Pratikno dalam sambutannya.
Pratikno mengingatkan kembali pengalaman bangsa Indonesia dalam menghadapi bencana besar, mulai dari tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 yang menelan lebih dari 170 ribu korban jiwa, gempa bumi di Lombok, Palu, dan Donggala pada 2018, banjir besar di Jakarta tahun 2020, kebakaran hutan di Sumatera, hingga erupsi gunung berapi yang masih terus berlangsung hingga kini. Menurutnya, berbagai peristiwa tersebut menjadi pengingat bahwa bukan hanya teknologi yang penting, tetapi juga ketangguhan manusia dan masyarakat dalam merespons bencana.
“Bukan hanya teknologi, tetapi manusia kita yang resilience sangat dibutuhkan. Kita benar-benar harus tangguh mengurangi risiko, tangguh menghadapi bencana ketika itu terjadi, dan tangguh untuk kembali hidup normal dan lebih baik pasca bencana,” tegasnya.
Lebih lanjut, Pratikno menyebut bahwa Indonesia memiliki posisi unik di Cincin Api Dunia yang harus dipandang sebagai berkah, bukan kutukan. Posisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai laboratorium hidup paling lengkap di dunia untuk pengelolaan risiko bencana.
“Indonesia adalah negara yang paling lengkap data bencananya. Kita mempunyai masyarakat yang terlatih menghadapi bencana. Luar biasa kalau kita berkunjung ke korban bencana, penderitaannya sebetulnya luar biasa, mereka tetap tersenyum, mereka guyub, berukun, bergotong royong menghadapi masalah ini bersama-sama,” imbuhnya.
Menko PMK juga menegaskan bahwa pemerintah terus berkomitmen memperkuat berbagai aspek ketangguhan, mulai dari infrastruktur, tata kelola, hingga teknologi. Ia turut menuturkan Kemenko PMK tengah berusaha keras untuk membangun budaya tangguh, yang disebut sebagai Kita Tangguh dan harus diwujudkan secara menyeluruh.
“Kita harus sama-sama mengembangkan semuanya, harus to be resilient, we are truly resilient. Kita tangguh infrastrukturnya, tangguh orangnya, tangguh teknologinya, tangguh sistem peringatannya, tangguh evakuasinya. Semuanya harus tangguh, itulah budaya yang harus kita bangun,” ucap Pratikno.
Dalam forum internasional ini, Menko PMK mengajak negara-negara sahabat, kalangan industri, lembaga riset, hingga komunitas kebencanaan untuk menjalin kolaborasi strategis yang tidak hanya terbatas pada pertukaran pengetahuan, tetapi juga mencakup penelitian bersama, investasi teknologi, pengembangan manufaktur, hingga berbagi praktik terbaik dalam membangun ketangguhan menghadapi bencana. Ia menegaskan, Indonesia siap menjadi katalis bagi terbentuknya ekosistem global yang lebih inovatif dan solid dalam menghadapi risiko bencana.
“Pemerintah Indonesia sangat berharap agar ini tidak hanya menjadi ajang untuk menjadi transaksi jual-beli, itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah kolaborasi untuk mengembangkan inovasi, kolaborasi untuk mengembangkan teknologi demi umat manusia,” jelasnya.
Adexco ke-4 tersebut menghadirkan perwakilan dari 11 negara serta peserta dari berbagai sektor. Sejak pertama kali diselenggarakan pada 2022, Adexco menjadi ajang penting untuk meningkatkan kapasitas bangsa menghadapi bencana, menggairahkan inovasi teknologi kebencanaan karya anak negeri, serta mendorong sinergi global demi keselamatan umat manusia.
Selain pameran, diselenggarakan juga konferensi yang mengangkat tema utama “Menutup Kesenjangan Pembiayaan, Memperkuat Ketahanan Lokal dan Kawasan, serta Mendorong Kemajuan Teknologi untuk Keberlanjutan” yang terbagi dalam lima sesi diskusi dengan beragam topik. Adexco diharapkan menjadi motor penggerak industri kebencanaan sebagaimana amanat dari Rencana Induk Penanggulangan Bencana 2020–2044.
Turut hadir dalam agenda tersebut, Kepala BNPB Suharyanto, Kepala Basarnas Mohammad Syafi’i, Duta Besar Swiss Olivier Zehnder, perwakilan dari kedutaan Australia, Prancis, dan Tiongkok, Country Manager PT Pamerindo Indonesia Lia Indriasari, serta berbagai lembaga donor, mitra pembangunan, dan akademisi.
Sumber: kemenkopmk.go.id