SUARAMANADO, Baturaden : Sebagai salah satu strategi membangun komunikasi, penyampaian informasi, dan edukasi kepada masyarakat, Kementerian Sosial melalui Sentra Satria Baturraden menyelenggarakan penyuluhan sosial bertemakan “Bahaya Adiksi Napza, Penyakit Menular Seksual, dan Kenakalan Remaja”.
Bertempat di Aula Workshop dan Pusat Informasi Edukasi (PIE) Sentra Satria di Baturraden, sebanyak 80 siswa SMPN 3 Ajibarang mengikuti kegiatan ini dengan penuh antusias. Dengan didampingi oleh guru, peserta yang sebagian besar berusia 13-14 tahun ini mengikuti berbagai kegiatan.
Menggunakan pendekatan fun learning, edukasi yang disampaikan yaitu tentang pengetahuan kesehatan remaja terkait penyakit menular seksual (PMS) hingga permainan yang melibatkan kerjasama tim yang sarat informasi seputar bahaya penyalahgunaan napza. Bukan lagi tabu atau informasi yang kabur tetapi mengedukasi sesuai umur. Agar pelayanan yang diberikan dapat bersifat komprehensif maka dalam pelaksanaannya tidak hanya penyuluh sosial yang terlibat namun berkolaborasi dengan profesi lain seperti pekerja sosial, perawat, dan psikolog.
Kepala Sentra Satria Baturraden, Darmanto menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari tugas Kementerian Sosial untuk membantu mengembalikan fungsi sosial. “Sentra Satria mengalami beberapa perubahan nomenklatur tetapi intinya tetap hadir di tengah masyarakat. Sasarannya termasuk anak, lansia, disabilitas, dan kelompok rentan. Tugasnya adalah mengembalikan fungsi sosialnya yaitu dapat menyelesaikan masalah walaupun pada prakteknya tidak apa-apa jika dibantu orang dewasa. Lalu dapat mencukupi kebutuhan. Untuk anak sekolah lebih pada apa yang harus dilakukan misalnya belajar dan tingkat perkembangannya sesuai dengan umurnya. Terakhir yaitu dapat melakukan peran serta statusnya secara baik. Di sekolah sebagai murid dan di rumah sebagai anak. Jadi dalam sehari bisa memerankan bermacam-macam peran sesuai dengan tempatnya”, ujar Darmanto.
Dari sudut pandang pendidikan, kegiatan penyuluhan sosial seperti ini merupakan bagian dari pembentukan karakter siswa termasuk memotivasi mereka. Hal tersebut disampaikan oleh Titi Yulianti, selaku Kepala Sekolah SMPN 3 Ajibarang dengan didampingi oleh Pengawas SMP Unit Kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Ida Yuningsih.
“Adakalanya kenakalan remaja dapat dikatakan wajar asalkan tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Akan tetapi pihak sekolah tetap melakukan pengawasan. Anak belum memahami lingkungan yang berbahaya itu seperti apa sehingga sosialisasi seperti ini penting”, kata Titi.
“Selain itu juga aktivitas bermedia sosial. Misalnya saja Tiktok. Itu merupakan bagian dari pengungkapan jati diri asalkan masih sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat”, tambah Ida.
Dinamika kehidupan remaja sebagai generasi zaman sekarang, perlu mendapat perhatian dari lingkungan terdekatnya yaitu sekolah dan keluarga. Ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi, sehingga pembentukan karakter diri dan konsep diri menjadi penting di masa remaja. Begitu juga dengan berbagai informasi yang mereka dapatkan. Harapannya, jika mempunyai bekal pengetahuan terkait bahaya penyalahgunaan Napza maka mereka dapat lebih selektif dalam menjalankan tugas perkembangannya.
Menurut Tim Psikologis Sentra Satria di Baturraden, remaja mengalami period of storm and stress atau merujuk pada pencarian jati diri, termasuk perubahan tubuh juga berpengaruh terhadap stress and storm pada remaja. “Tugas tahap perkembangan remaja salah satunya adalah membangun hubungan interpersonal termasuk dengan teman sebaya dan lawan jenis, sehingga butuh banyak informasi dan dukungan agar dapat melewatinya dengan baik”, pungkas Winda, salah satu tim psikologis Sentra Baturraden.
Sumber : kemensos.go.id