SUARAMANADO, Lombok : Wajah Rini Ratna Kusumaningsih (37) kini berseri-seri. Perempuan berkulit sawo matang asal Lombok Timur dan 4 anaknya kini dapat hidup lebih layak setelah mendapat bantuan Kementerian Sosial melalui program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI)
Kisah hidup Rini memang cukup terjal berliku. Ia adalah anak kedua dari 3 bersaudara dimana 2 orang saudaranya yang lain sudah meninggal. Hidupnya terlantar setelah kedua orangtuanya bercerai. Demi menyambung hidup, di usia belasan Rini sudah dua kali mencoba berangkat ke luar negeri untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Namun selama 3 bulan di penampungan TKI di Jakarta, ia tidak diberikan pekerjaan dan gaji sehingga Rini memilih kabur. Ia kemudian mencoba mengadu nasib di Kota Medan Sumatera Utara. Alih-alih mendapat pekerjaan, Rini kemudian menikah dengan seorang pria yang berakhir dengan perceraian. Ia dikaruniai 2 anak namun setelah bercerai, anak-anaknya diasuh oleh keluarga mantan suaminya.
Rini kemudian menikah kembali dan dikaruniai 4 orang anak berusia 7 tahun, 5 tahun, 4 tahun dan 1 tahun. Namun, Rini harus menelan pilu lantaran suaminya tersandung kasus dan kini sedang menjalani proses hukum. Tak mau menyerah dengan keadaan, Rini berjuang demi menghidupi 4 anaknya. Ia bekerja sebagai tukang sapu angkot di Terminal Amplas Medan dengan upah Rp.2.000,- per mobil.
Bermodalkan lap dan sapu kecil, setiap hari berkeliling terminal mencari angkot yang membutuhkan jasanya. Kadang ia ditemani anak-anaknya saat bekerja. Meski tak layak, Rini bersyukur karena ia dan anak-anaknya dapat tinggal di pelataran bekas loket di Terminal Amplas Medan.
Kisah pilu Rini dan keempat anaknya bahkan sempat viral di media sosial. Sedihnya, meskipun Rini tergolong masyarakat tak mampu, namun ia tak dapat menerima bantuan pemerintah lantaran tak memiliki kartu identitas.
Kehidupannya perlahan berubah setelah pada 29 Maret 2022, Kementerian Sosial melalui Sentra Paramita bertemu dengan Suharti (sepupu Rini) di Lombok Timur. Menurut Suharti, berdasarkan kesepakatan keluarga rumah kosong milik kakek neneknya dapat ditempati oleh anggota keluarga yang belum mampu membangun rumah.
Sehingga rumah tersebut diperbolehkan untuk ditempati oleh Rini beserta keempat anaknya. Sentra Bahagia di Medan juga sudah bertemu dengan Rini dan keempat anaknya di Terminal Amplas Medan dan membayarkan hutang Rini kepada 6 orang sebesar Rp. 1.080.000,-
Rini dan anak-anaknya kemudian diboyong ke Sentra Bahagia untuk diberikan perlindungan sambil menunggu kepengurusan KTP dan KK. Sentra Bahagia juga memfasilitasi kepulangan Rini bersama keempat anaknya ke Lombok Timur.
Kemudian, Rini pun tiba di Sentra Paramita pada tanggal 9 April 2022 dan disambut haru oleh sanak keluarganya.
Pekerja Sosial Sentra Paramita juga melakukan terapi psikososialspiritual kepada Rini dan anak-anaknya. Bahkan tak hanya itu, Rini diberikan pelatihan pengelolaan warung kelontong dan diberikan bantuan kewirausahaan melalui oleh Kementerian Sosial melalui program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) berbasis keluarga.
Tim Paramita dibantu warga sekitar bergotong royong mempersiapkan toko yang akan dijadikan tempat usaha Rini.
“Terima kasih untuk ibu Risma, saya sudah dipulangkan dari Medan ke Lombok. Terima kasih juga atas upaya Kemensos untuk membantu saya, sekali lagi terima kasih.” kata Rini.
Sentra Paramita bersama pendamping Rehabilitasi Sosial juga terus melakukan monitoring perkembangan usaha warung kelontong Rini yang diberi nama Warung Kelontong Ratna.
Sumber : kemensos.go.id